Bercocok tanam dan membangun kebun pangan keluarga dengan slow living di Rajadesa Ciamis.
Dalam era modern yang serba cepat, konsep slow living muncul sebagai respons terhadap budaya instan yang mendominasi kehidupan sehari-hari.Â
Filosofi ini mengajak kita untuk melambat, menikmati setiap momen, dan menjalani hidup dengan lebih sadar.Â
Gaya hidup ini pertama kali diperkenalkan di Italia pada tahun 1980-an dan dipopulerkan oleh Carl Honor melalui bukunya In Praise of Slowness (2004).Â
Di Rajadesa Ciamis - Jawa Barat, konsep slow living diterapkan dengan bercocok tanam melalui kebun pangan keluarga, yang memberikan manfaat berkelanjutan baik bagi individu maupun lingkungan.
Mengapa Slow Living Cocok untuk Kehidupan Desa?
Hidup di desa seperti Rajadesa Ciamis memberikan ruang bagi masyarakat untuk menjalani kehidupan yang lebih dekat dengan alam.Â
Dengan lahan yang cukup, kita dapat menanam berbagai tanaman, membudidayakan sayuran, dan bahkan merawat tanaman herbal.Â
Aktivitas ini bukan hanya menjadi rutinitas sehari-hari, tetapi juga cara untuk lebih menghargai sumber daya alam.
Konsep slow living selaras dengan pola hidup desa yang cenderung tenang.Â