Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Beri Aku Waktu, Walau Hanya Sesaat

30 Agustus 2024   02:10 Diperbarui: 30 Agustus 2024   02:21 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beri aku waktu, walau hanya sesaat (dok: pribadi)

Ketika matahari tenggelam di ufuk barat dan langit berubah menjadi rona jingga, aku sering kali duduk diam di sudut kamar yang sepi. 

Cahaya redup dari lampu meja menjadi satu-satunya teman dalam kesendirian ini. Di saat-saat seperti inilah, ketika kesunyian merasuk ke dalam relung jiwa, kenangan akan kedua orangtuaku kembali menyeruak, membanjiri hati dan pikiranku dengan kerinduan yang begitu mendalam.

Aku tahu waktu terus berjalan, tak pernah berhenti atau melambat. Dunia terus bergerak maju, tanpa menoleh ke belakang. Namun, di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang tak pernah berhenti, ada satu bagian dari diriku yang tetap tinggal di masa lalu. 

Bagian ini, yang terhubung dengan kedua orangtuaku, selalu memanggil-manggil, meminta sedikit waktu, walau hanya sesaat, untuk kembali merasakan kehadiran mereka yang begitu dirindukan.

Bayangkan jika saja aku diberi kesempatan itu---hanya satu saat untuk kembali bersama mereka. Aku tidak meminta lebih dari itu, hanya sesaat untuk dapat kembali merasakan cinta yang hangat dari pelukan ibu, atau mendengar suara berat ayah yang penuh kebijaksanaan. 

Jika aku bisa memutar kembali waktu, walau hanya sejenak, aku akan memeluk mereka erat-erat, dan dalam diam yang penuh makna, aku akan menyampaikan semua rasa terima kasih yang selama ini terpendam di hati.

Waktu yang telah berlalu memang tak bisa diulang, namun kenangan memiliki kekuatan untuk melintasi batas-batas waktu. Dalam kenangan, aku bisa merasakan kembali momen-momen berharga yang pernah kami lalui bersama. 

Aku bisa mendengar suara ibu yang penuh kelembutan saat mengajarkanku cara melihat dunia dengan hati, bukan hanya dengan mata. Aku bisa merasakan kembali genggaman tangan ayah yang kuat, seolah-olah ia berkata bahwa aku tidak perlu takut karena dia akan selalu ada untukku.

Kenangan hanyalah bayang-bayang. Mereka bisa memberi sedikit penghiburan, namun tak pernah bisa menggantikan kehadiran yang nyata. Itulah mengapa, dalam hati ini, aku sering memohon---beri aku waktu, walau hanya sesaat. 

Bukan untuk mengubah apa yang telah terjadi, melainkan untuk kembali merasakan kehadiran mereka dalam bentuk yang lebih nyata, meskipun hanya sekejap.

Aku sering bertanya-tanya, bagaimana rasanya jika aku bisa bertemu mereka kembali? 

Apa yang akan aku katakan? 

Apa yang akan aku lakukan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun