Ibu yang hatinya kokoh membelah
dan memotong-motong bulan
dan memberikannya
kepada anak-anaknya yang ngowoh
Anak-anak gelisah...
sebab ayah mereka tak kunjung pulang
Penggalan puisi Jokpin "Perjamuan Khong Guan" 2019
Saat memasuki dunia puisi "Perjamuan Khong Guan" karya Jokpin, seakan aku diundang untuk merenungkan makna-makna tersembunyi di balik kata-kata yang sederhana namun penuh kesan.Â
Mengapa demikian?Â
Sebab, setiap bait puisi dalam kumpulan ini seperti menjelma menjadi cermin yang memantulkan kehidupan sosial dan spiritual kita.
Dalam menyusuri lekuk-lekuk puisi Pak Joko Pinurbo, aku dibawa pada perjalanan yang memperlihatkan betapa hal-hal sepele dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya memiliki makna yang mendalam.Â
Puisi-puisi ini seperti sebuah peringatan, mengajakku untuk lebih memperhatikan setiap momen dan interaksi di sekitarku.
Satu hal yang patut disoroti adalah gaya bahasa yang digunakan oleh Pak Joko Pinurbo.Â
Tanpa berlebihan, dia menyampaikan pesannya dengan bahasa yang lucu namun mengena.Â
Tidak jarang, dalam kehalusan kata-katanya, dia juga menyelipkan sindiran terhadap elit politik, menggambarkan keresahan sosial yang terjadi.
Salah satu bait puisi yang sangat menyentuh hatiku adalah:
Tuhan, ponsel saya