Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Transformasi Sayang Menjadi Benci: Fenomena Kekerasan Dalam Rumah Tangga

17 Desember 2023   14:09 Diperbarui: 17 Desember 2023   14:16 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari sayang menjadi benci, fenomena KDRT yang terjadi dalam lingkungan sosial (Dok. Pribadi)

3. Trauma masa lalu:

Individu yang mengalami trauma masa lalu, baik itu dari pengalaman kekerasan atau kegagalan hubungan, mungkin rentan terhadap perilaku agresif atau manipulatif dalam hubungan mereka.

4. Ketidakmampuan Mengelola Konflik:

Kurangnya keterampilan dalam mengelola konflik dapat mengarah pada eskalasi situasi menjadi kekerasan. Pasangan yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif mungkin cenderung mengungkapkan frustrasi mereka melalui kekerasan.

5. Pola Pengasuhan Negatif:

Individu yang tumbuh dalam lingkungan keluarga dengan pola pengasuhan yang negatif, termasuk kekerasan dalam keluarga, dapat meniru pola tersebut dalam rumah tangga mereka sendiri.

6. Isolasi Sosial:

Rasa terisolasi dari dukungan sosial dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Pasangan yang merasa terperangkap dan tidak memiliki dukungan mungkin kesulitan untuk keluar dari situasi berbahaya.

Pemahaman mendalam terhadap latar belakang ini dapat membantu dalam merancang program pencegahan dan intervensi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah KDRT dalam masyarakat.

Dampak Psikologis dan Emosional

Fenomena KDRT tidak hanya menciptakan luka fisik, tetapi juga luka psikologis dan emosional yang mendalam. Pasangan yang dulunya saling mencintai, kini terjerembab dalam lingkaran kebencian dan trauma. Bagaimana dampak ini memengaruhi kesejahteraan mental keluarga?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun