Kementerian kebudayaan terpisah menjadi entitas yang independen, melihat berbagai tantangan yang mungkin timbul, dan mengeksplorasi solusi strategis yang dapat digunakan untuk menghadapinya.
Indonesia, sebagai negara yang kaya akan warisan budaya, seni, dan tradisi yang beragam, selama ini telah memandang penting untuk menjaga dan mempromosikan kekayaan budayanya. Salah satu kunci dalam usaha ini adalah peran Kementerian Kebudayaan.Â
Namun, pertanyaan yang perlu dipertimbangkan adalah: apakah saatnya Kementerian Kebudayaan melakukan transformasi menjadi sebuah entitas yang lebih mandiri?
  Potensi dari Transformasi:
1. Peningkatan Fokus pada Kebudayaan: Dengan menjadi entitas yang independen, kementerian kebudayaan terpisah akan memiliki lebih banyak sumber daya dan otonomi untuk fokus pada pelestarian dan pengembangan kebudayaan. Ini berarti lebih banyak upaya dalam melestarikan seni tradisional, bahasa, dan budaya daerah yang sering terabaikan.
2. Mengembangkan Ekonomi Kreatif: Transformasi kementerian kebudayaan terpisah dapat menciptakan peluang dalam pengembangan ekonomi kreatif. Seni, kerajinan tangan, musik, dan budaya dapat menjadi sumber daya penting dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
3. Peningkatan Diplomasi Budaya:Â Dengan status yang lebih independen, Indonesia dapat memiliki lebih banyak kebebasan dalam diplomasi budaya. Hal ini dapat digunakan untuk memperkuat hubungan internasional dan mempromosikan budaya Indonesia di tingkat global.
Tantangan yang Perlu Dihadapi:
1. Pengelolaan Keuangan: Membangun kementerian kebudayaan terpisah yang mandiri memerlukan alokasi anggaran yang cukup. Ini adalah tantangan dalam konteks anggaran pemerintah yang terbatas.
2. Koordinasi dengan Lembaga Lain: Kebudayaan sering kali terkait erat dengan sektor-sektor lain seperti pendidikan, pariwisata, dan industri kreatif. Koordinasi yang efektif dengan lembaga-lembaga ini menjadi penting untuk mengoptimalkan dampak positif Kementerian Kebudayaan.
3. Risiko Politisasi:Â Kementerian kebudayaan terpisah yang mandiri bisa menjadi sasaran politisasi atau intervensi yang mungkin merusak tujuan pelestarian budaya. Perlindungan kebijakan dan program-program budaya dari tekanan politik perlu dipertimbangkan.