3. Dokumenter Naratif:Â Dokumenter ini menciptakan narasi yang kuat dengan menggunakan teknik-teknik naratif yang lebih mirip dengan film fiksi.
Pertanyaan mengenai apakah film dokumenter adalah fakta murni atau realita yang direkayasa sering kali terkait dengan bagaimana pembuat film memilih untuk menghadirkan informasi.Â
Misalnya, penyuntingan film dapat menggabungkan klip-klip yang mungkin diambil dari berbagai waktu atau tempat untuk menciptakan narasi yang lebih dramatis. Begitu juga, narator dalam film dapat memengaruhi persepsi penonton terhadap suatu isu dengan cara penyampaian yang dipilihnya.
Kemudian, kita pun sampai pada pertanyaan yang lebih dalam: Apakah ada masalah dengan pembuat film mengatur realitas dalam film dokumenter?Â
Jawabannya tidak selalu. Banyak film dokumenter yang berfokus pada menyampaikan pesan yang kuat atau menciptakan pengalaman emosional yang mendalam, dan teknik naratif dapat digunakan untuk mencapai hal ini.
Namun, penting bagi penonton untuk memiliki pemahaman yang kritis terhadap rekomendasi film dokumenter yang mereka tonton. Kita harus bertanya apakah film tersebut mempresentasikan berbagai sudut pandang, apakah sumber-sumbernya dapat dipercaya, dan apakah ada agenda tertentu yang mungkin memengaruhi cara informasi disajikan.
Film dokumenter merupakan alat yang kuat untuk memahami dunia. Mereka bisa menjadi sumber pengetahuan yang berharga, tetapi juga harus dilihat sebagai interpretasi subjektif dari kenyataan. Oleh karena itu, ketika kita mengeksplorasi dunia film dokumenter, kita perlu menggabungkan rasa kritis kita dengan apresiasi terhadap kompleksitas realitas yang mereka coba ungkapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H