Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sejarah, memancarkan cahaya terang dalam perjalanan panjangnya menuju kemerdekaan. Di tengah gemerlapnya sejarah ini, Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya hadir sebagai penanda dan pengawet peristiwa bersejarah yang membentuk bangsa ini.
Â
Lebih dari sekadar sebuah bangunan bersejarah, Monumen Pancasila Sakti merupakan sebuah jendela yang menghadirkan ingatan mengenai perjuangan, pengorbanan, dan nilai-nilai yang membentuk dasar negara Indonesia.
Di Museum Pancasila Sakti yang terletak di Lubang Buaya, Jakarta, terdapat satu peringatan yang mendalam akan masa lalu kelam Indonesia yang tak boleh dilupakan. Tempat ini menjadi saksi bisu dari pernik keganasan dan kezaliman Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tercatat dengan baik dalam sejarah kita.
Ketika kita memasuki museum ini, kita segera diberikan gambaran tentang penderitaan yang tak terbayangkan yang dialami oleh orang-orang Indonesia pada masa itu. Darah yang bercucuran, senapan yang menggema, jenderal yang dianiaya secara tak manusiawi, bahkan anak-anak kecil yang menjadi korban tembak adalah pemandangan yang menyayat hati di antara dokumentasi yang ada. Semua ini menggambarkan kekejaman PKI yang telah merobek jiwa bangsa ini pada tahun 1965.
Mengapa kita, sebagai bangsa yang mencintai perdamaian dan keadilan, harus mengenang kekejaman ini dengan menaikkan bendera setengah tiang?
 Jawabannya sederhana, agar kita tidak melupakan. Penghormatan ini adalah pengingat penting bagi kita semua tentang betapa berharganya kebebasan, perdamaian, dan kedamaian yang kita nikmati saat ini.
Latar belakang dari penghormatan dengan menaikkan bendera setengah tiang untuk mengenang kekejaman PKI memiliki akar dalam sejarah Indonesia yang tragis. Ini terkait erat dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 1965, yang menjadi titik balik penting dalam sejarah modern Indonesia. Berikut adalah latar belakangnya:
1. Kekejaman PKI pada 1965: Pada tahun 1965, terjadi kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Suharto, yang menggulingkan Presiden Sukarno. Peristiwa ini dipicu oleh serangkaian peristiwa yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang saat itu merupakan partai terbesar di Indonesia. Kudeta ini diikuti oleh serangkaian pembunuhan massal, penyiksaan, dan penghilangan paksa yang dilakukan terhadap anggota PKI dan simpatisannya.
2. Korban yang Tak Terhitung:Â Jumlah korban dari kekejaman ini sangat sulit dihitung secara pasti, tetapi perkiraan menyebutkan bahwa ribuan hingga jutaan orang tewas atau menghilang selama periode tersebut. Banyak di antara mereka adalah orang-orang yang tidak terlibat dalam konflik politik tersebut, termasuk orang-orang biasa yang menjadi korban.