Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Janji Manis Bacapres, Madu atau Racun?

21 September 2023   21:40 Diperbarui: 21 September 2023   23:00 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam setiap pemilihan umum, panggung politik seringkali menjadi tempat di mana bacapres bicara gagasan tampil sebagai pemimpin masa depan yang menjanjikan. Dengan karisma, pidato berapi-api, dan janji-janji manis mereka, bacapres bicara gagasan  berusaha meyakinkan rakyat bahwa mereka adalah jawaban atas semua masalah yang sedang dihadapi negara.

 

Sebagai metafora, janji-janji ini sering disebut sebagai madu yang manis, menggoda dan memikat hati pemilih. Namun, seperti dalam kisah dongeng yang tak selalu berakhir bahagia, kita sering kali menemukan bahwa di balik janji-janji manis itu, tersembunyi potensi racun yang bisa merugikan negara dan rakyatnya. 

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi fenomena "Janji Manis Capres: Madu atau Racun?" yang seringkali mengiringi setiap proses pemilihan presiden.

Pemilihan pemimpin dalam sebuah negara adalah momen penting yang dihadapi oleh setiap warga negara. Setiap pemilihan umum, bacapres bicara gagasan selalu muncul dengan janji-janji manis, yang sering kali diibaratkan sebagai madu yang menarik. Namun, pada kenyataannya, seringkali kita merasakan efek racun dari janji-janji tersebut.

Setiap datang dengan visi dan misi yang mereka klaim akan membawa perubahan positif bagi negara dan rakyatnya. Mereka berjanji akan mengatasi masalah-masalah yang telah lama menghantui negara, seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan ketidaksetaraan. 

Semua janji ini terdengar sangat menggoda dan membuat kita berharap akan masa depan yang lebih baik.

Namun, dalam perjalanan pemerintahan, seringkali terungkap bahwa janji-janji tersebut tidak selalu dapat diwujudkan dengan mudah. Ada banyak faktor yang dapat menghambat bacapres bicara gagasan  untuk memenuhi janji-janjinya, seperti perbedaan pendapat di dalam pemerintahan, tekanan dari berbagai pihak, dan masalah ekonomi yang sulit diprediksi.

Terlebih lagi, ada juga bacapres bicara gagasan yang memanfaatkan janji-janji manis mereka sebagai alat untuk meraih kekuasaan, tanpa niat serius untuk mengubah situasi negara. 

Mereka mungkin hanya ingin mendapatkan dukungan publik dan mendapatkan suara dalam pemilihan. Setelah terpilih, mereka lupa akan janji-janjinya dan lebih fokus pada kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

Seiring berjalannya waktu, seringkali kita menyadari bahwa janji-janji manis yang semula terdengar seperti madu, sebenarnya bisa menjadi racun yang merugikan rakyat. 

Ketidakmampuan atau ketidakjujuran bacapres bicara gagasan dalam memenuhi janji-janjinya dapat menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan dan politikus.

Oleh karena itu, sebagai warga negara yang cerdas, penting bagi kita untuk tidak hanya terpaku pada janji-janji manis capres. Kita perlu melakukan penelitian yang mendalam tentang latar belakang, integritas, dan rekam jejak calon-calon tersebut sebelum memutuskan memberikan suara. 

Sebagai pemilih yang cerdas, kita harus menuntut pertanggungjawaban dari para pemimpin yang kita pilih, dan terus mengawasi apakah mereka benar-benar menjalankan janji-janjinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun