Selain merugikan generasi yang lebih tua, ageisme juga dapat merusak citra generasi muda. Terjebak dalam pandangan bahwa generasi muda lebih berenergi atau lebih inovatif dapat mengabaikan kualitas unik yang dimiliki oleh masing-masing kelompok usia. Hal ini juga dapat menciptakan konflik dan ketidaksetaraan di tempat kerja atau dalam interaksi sosial.
5. Tidak Sejalan dengan Nilai Kemanusiaan
Praktik ageisme tidak sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mengedepankan persamaan dan penghargaan terhadap martabat setiap individu. Setiap orang, tanpa memandang usia, memiliki kontribusi berharga untuk diberikan kepada masyarakat.
Menghadapi Ageisme dengan Kesadaran dan Inklusi
Mengatasi ageisme memerlukan kesadaran dan tindakan bersama. Dengan meningkatkan pemahaman mengenai nilai dan potensi yang dimiliki oleh individu dari berbagai kelompok usia, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Menyadari bahwa usia hanyalah satu aspek dari identitas seseorang adalah langkah pertama dalam memerangi praktik diskriminatif ini.
Dari penurunan peluang hingga konsekuensi psikologis, ageisme memiliki efek yang lebih dalam daripada yang mungkin kita sadari. Lebih penting lagi, kita akan merenung mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi praktik-praktik ageisme ini, membentuk masyarakat yang inklusif dan setara bagi semua lapisan usia.Â
Dengan demikian, kita dapat melangkah menuju suatu dunia di mana individu dihargai tidak hanya berdasarkan angka, tetapi oleh kualitas dan kontribusi mereka terhadap masyarakat yang lebih besar.
Dengan menghilangkan ageisme, kita dapat mewujudkan masyarakat yang lebih bermakna, di mana individu dari semua usia dihargai dan diberi peluang yang setara untuk berkembang dan berkontribusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H