Salah satu studi kasus manajemen risiko yang terkenal di Toyota adalah recall crisis yang dimulai pada tahun 2009.Â
Pada awal tahun 2000-an, Toyota mengalami pertumbuhan dan kesuksesan yang signifikan, menjadi pembuat mobil terbesar di dunia pada tahun 2008.Â
Namun, kesuksesan ini terancam ketika sejumlah masalah keselamatan muncul di beberapa kendaraan mereka, mengakibatkan beberapa kecelakaan besar dan bahkan kematian.
Sebagai tanggapan, Toyota meluncurkan penarikan jutaan kendaraan dalam skala besar pada tahun 2009 dan 2010.Â
Perusahaan mengidentifikasi akar penyebab masalah keselamatan sebagai masalah dengan pedal akselerator dan alas lantai yang dapat menyebabkan akselerasi yang tidak diinginkan.
Toyota mengambil tindakan cepat untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk menghentikan produksi dan penjualan model yang terkena dampak, melakukan penarikan besar-besaran dan meluncurkan penyelidikan atas penyebab masalah tersebut.
Untuk mengelola risiko yang ditimbulkan oleh masalah keselamatan, Toyota membentuk Gugus Tugas Manajemen Krisis untuk mengoordinasikan respons perusahaan terhadap situasi tersebut.Â
Gugus tugas terdiri dari eksekutif senior dari berbagai departemen, termasuk teknik, manufaktur dan jaminan kualitas serta bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua langkah yang diperlukan diambil untuk mengatasi masalah keselamatan.
Perusahaan juga membentuk tim keselamatan baru di dalam divisi Amerika Utara, yang bertugas meninjau masalah keselamatan dan membuat rekomendasi perbaikan untuk mencegah masalah serupa di masa mendatang.Â
Toyota juga membentuk posisi baru Chief Quality Officer, yang bertanggung jawab mengawasi upaya kualitas dan keselamatan perusahaan.
Upaya manajemen risiko Toyota selama recall crisis kembali dipuji secara luas dan perusahaan mengambil langkah signifikan untuk mengatasi masalah keselamatan dan mencegah insiden di masa mendatang.