Mohon tunggu...
janardana 05
janardana 05 Mohon Tunggu... -

Good things come to those who wait ~ I still believe it!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Saya Jarang Menulis Karena Saya Orang Susah

4 September 2010   07:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:27 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_248434" align="alignleft" width="300" caption="suzannita.wordpress.com"][/caption]

“Kok kamu jarang nulis sih?”

Saya terbungkam seribu bahasa mendengar pertanyaan itu. Bagaimana saya harus menjelaskannya? Beragam sebab ingin diutarakan tapi tak mungkin dipadatkan menjadi sepatah dua patah kata. Pertanyaan sederhana namun bermakna bagi orang-orang yang untuk menyentuh tombol keyboard kemudian menumpahkan segenap perasaan adalah sebuah peristiwa istimewa. Istimewa terlebih karena semua itu membutuhkan pengorbanan tidak hanya tenaga namun juga pikiran, waktu dan biaya. Begitu karya tercipta, perasaan lega dan bahagia luar biasa membuncah memenuhi rongga dada. Sampai kemudian muncul komentar “tulisan nggak bermutu” lalu di rating “asal tulis” menghancurkan semangat orang untuk berbagi lewat rangkaian kata.

Rasa ingin maju dan berkembang acapkali mendorong seorang penulis ingin tulisannya dikritik secara memadai dan bukan hanya sekedar basa-basi. Itulah salah satu sikap positif untuk membuka diri sebagai wujud karakter “open minded”, tidak “keukeuh” dan merasa diri paling benar. Ukuran itu pula yang kemudian digunakan untuk melakukan kritik terhadap orang lain, karena menduga bahwa orang lain pun seharusnya sama dengan pilihan prinsip hidupnya. Berikutnya, kritikan membanjir keluar. Namun sayang, terkadang mengkritik pengguna bahasa dengan mengabaikan bahasa sehingga berbuntut caci maki dan sumpah serapah. Kritik yang menghancurkan semangat orang untuk berbagai lewat rangkaian kata.

Rasa bangga diri acapkali mendorong seorang penulis ingin karyanya dipuji-puji. Menempatkan diri sebagai tetua yang layak disegani. Sikap yang menuntun pada eksklusuivias menutup diri, membutakan mata menulikan telinga. Sampai kemudian terpana kehabisan kata manakala kritikan indah dan membangun hanya dianggap celetuk iri kaum pinggiran. Semangat anti kritik yang menghancurkan semangat orang untuk berbagi lewat rangkaian kata.

Cukup banyak orang yang menggunakan ukuran dirinya sendiri kemudian dikenakan kepada orang lain. Tak jarang yang kemudian memaksakan ukurannya hingga tampak seperti seekor semut yang memaksakan celana dalamnya dipakai sang gajah. Sejenak lupa bahwa tiap-tiap orang memiliki persoalannya masing-masing. Contoh kata, saya jarang menulis karena saya orang susah.

Jika sebagian orang online, bukan berarti bahwa orang itu pasti kaya, merdeka dan tidak punya permasalahan dunia. Demikian juga sebaliknya, jika sebagian orang tidak online, bukan berarti bahwa orang itu miskin sehingga untuk ke warnet saja tidak mampu. Jika sebagian menulis, bukan berarti bahwa orang itu sudah menguasai berbagai macam ilmu. Demikian juga jika orang yang hanya membaca dan tidak mau menulis bukan berarti bahwa orang itu masih bodoh dan mesti belajar melulu. Ternyata banyak sekali hal diluar persangkaan yang sulit terjangkau oleh akal manusia.

Saya jarang menulis karena saya orang susah. Susah dalam persepsi saya mungkin berbeda dengan susah dalam persepsi pembaca. Banyak ukuran yang dapat digunakan untuk menggolongkan seseorang termasuk orang susah atau tidak. Kalau pembaca kebanyakan bukan dari golongan orang susah, mungkin menjadi sulit untuk merasakan susah di persepsi saya. Atau dengan contoh lain, orang kaya mengalami kesulitan ketika diminta untuk merasakan menjadi orang miskin. Daripada pikiran mengembara kemana-mana, baiklah saya perjelas. Saya jarang menulis karena saya orang susah mendapatkan ide untuk menulis. :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun