Mohon tunggu...
janardana 05
janardana 05 Mohon Tunggu... -

Good things come to those who wait ~ I still believe it!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Hancur!!!

13 Oktober 2010   04:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisiku puisi hancur, hancur-hancuran serupa ocehan anak jalanan bertahan menahan badan tetap tegak di tengah hujan menyetubuhi impian tergulat cacian, makian dan hinaan. Puisiku puisi hancur, hancur lebur seperti sepur nganggur ditabrak sepur mumur mirip orang kujur terbenam lumpur mencari bubur bermodal pupur. Puisiku puisi hancur, asal ngawur yang penting dapur ngebul sesekali ngibul, agar tenar meski dudul meniru si Kabul, lelaki pejabat bermodal dengkul biar bahlul bicara ngalor ngidul mengaku ustad, pikiran cabul asal bapak senang, selamat sudah ini gundhul. Menunggu malam suling bersiul mengiringi goyang pinggul untuk si panjul Puisiku puisi hancur, sehancur nasib orang yang ingin jujur menjilat dubur syarat agar tidak masuk lubang kubur bedhug bertalu saat mengambil air berkumur mengutuk diri dengan penyesalan seumur-umur Sungguh, puisiku puisi hancur, sehancur harapan yang semakin kabur tidak ada penjelasan mengapa hanya segelintir orang boleh makmur banyak aturan tapi hidup semakin tidak teratur hanya semak belukar dan benalu tumbuh subur merangsang korupsi berkembang seperti jamur Yang lemah tersingkir mundur, Yang miskin sakit tak punya kesempatan memperpanjang umur Yang bodoh semakin pah-poh Yang ngalah semakin kalah Yang jaya berkuasa semena-mena Puisiku puisi hancur, bikinan orang kelamaan jadi penganggur mabuk mimpi kebanyakan minum anggur terbentur, tersungkur jadi pelacur tiap malam sibuk bertempur di atas kasur menahan tangis saat yang lain tersenyum dalam dengkur. Tuhan, puisiku puisi hancur Benarkah Engkau tidak sedang tidur? dari fasak.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun