Mohon tunggu...
janardana 05
janardana 05 Mohon Tunggu... -

Good things come to those who wait ~ I still believe it!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Puasa: Saatnya Menumpuk Dosa? (Jangan Terprovokasi!)

9 Agustus 2010   17:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_220971" align="alignleft" width="268" caption="gambar: blog.nuaeman.com"][/caption]

Memasuki bulan puasa banyak kepala cenut-cenut. Apalagi yang hidup di perantauan macam awak. Gimana nggak cenut-cenut? Bayangin aja, menyambut lebaran harga-harga udah pasti melembung tinggi. Inflasi tak terkendali (jujur ini perlu dikaji, kenapa lebaran jadi pemicu inflasi?). Mau mudik, tuslah sudah di luar jangkauan akal sehat. Harga tiket bis dan kereta api setinggi puncak Merapi. Gaji tetep aja nggak ikut inflasi. Paling-paling ngarep THR. Gimana caranya nyari THR?

Nah, inilah persoalanya. Minggu kemarin ada cerita, konon katanya dalam rangka cari THR juga. Sudah beberapa minggu tiket kereta api susah dicari. Tiap akhir pekan tiket ludes semua. Bahkan meski dipesan satu bulan sebelumnya. Bayangin, enam kereta eksekutif plus 4 kereta bisnis, tak ada satu pun tiket tersedia. Kok bisa?

Telusur punya telusur, tiketnya diborong orang. Jadilah cari tiket lewat "sahabat" PT KAI. Dapatlah tiket meski harganya selangit. Harga tiket bisnis naik 50 ribu. Kalo eksekutif naik antara 100 sampai 150 ribu. Coba hitung peredaran uang haram dalam satu hari. Kalau satu gerbong isinya 80 penumpang untuk eksekutif kali 100 ribu saja sudah delapan juta. Kalau satu kali jalan rata-rata 1 gerbong tiket gelap, berarti sudah ada 80 juta untuk persiapan THR. Menyambut lebaran gitu loh. Semua orang juga pengin pulang kampong mbak, kata seorang penjual. Udah tiket mahal ampun-ampun, keretanya pada anjlok seperti KA Logawa di Madiun beberapa hari lalu atau KA Argo di Manggarai.

Lain lagi ceritanya di perusahaan angkutan kendaraan. Juragan minta setoran naik. Bis atau angkutan yang biasanya nggak jalan, ikut dijalankan. Kejar setoran bos. Tapi setoran tetep seret, karena kondektur atau kernetnya nilep uang setoran. Buat lebaran juragan...

Yang lebih keren cerita di birokrasi. Biaya "administrasi" mendadak naik. Tiket-tiket masuk daerah wisata ikut naik. Parkiran ikut naik. Semua harga berbeda dengan yang tertera di karcis sobekan karena karcis yang baru belum sempat dicetak. Amplop-amplop mulai bersliweran. Eh, ada parcel juga kok. Alasannya semua hanya sekedar tali asih menyambut lebaran. Tapi esensinya ya tetep sama saja, biar urusan bisnis lancar. Wartawan juga kebagian angpao lebaran juga lho. Biar beritanya bagus-bagus.

Karyawan perusahaan isinya cuma ngedumel seperti saya. Kasak kusuk kok gak ada berita berapa besarnya THR tahun ini. Menyebar fitnah sana-sini kalau si bos gak perhatian sama karyawan. Kerjaan nggak beres dengan alasan pusing mikir persiapan untuk pulang kampong. Penjualan tanpa target jadi gila-gilaan supaya dapat bonus bulan ini. Pembantu juga ikut reseh. Kerjaan nggak beres karena puasa badan lemes. Sepertinya semua halal demi menjalankan puasa dan menyambut lebaran.

Kalau seperti itu (lagi), puasa kayaknya cuma dapat lapar doang deh!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun