Mohon tunggu...
janardana 05
janardana 05 Mohon Tunggu... -

Good things come to those who wait ~ I still believe it!

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menebak “Arah” Situs Srimulyanidotnet

1 Oktober 2010   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:48 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merawat republik, memastikan keadilan, itulah jargon yang terpampang di situs srimulyanidotnet. Kalimat sederhana dengan makna yang tidak sederhana. Jika diuraikan dalam keluh kesah panjang kira-kira berbunyi begini:

Lihatlah republik ini. Masalah demi masalah terus mendera. Republik jadi compang camping, penuh daki dekil dan borok. Ketidakadilan di segenap penjuru. Siapa yang akan merawat republik ini, menjaganya tetap utuh dan berjaya? Siapa yang dapat memastikan keadilan di republik ini ketika ketidakadilan mengganas di semua lini?

Jawaban normative untuk pertanyaan tersebut bisa saja seluruh elemen bangsa Indonesia. Itu yang (seharusnya) merawat republik. Siapa yang dapat memastikan keadilan? Ini pertanyaan yang sulit dijawab, karena rakyat benar-benar “buntung” dan membutuhkan sosok yang mampu memastikan keadilan. Lalu siapa sosok itu?

Sri Mulyani, begitulah kira-kira jawabannya. Pengelola bisa saja berkilah dengan mencantumkan bahwa ia hanya ikon. Tentu saja sanggahan ini begitu mudah dimentahkan. Banyak ikon “etika” bergentayangan di republik ini. Banyak yang gembar-gembor tentang moralitas. Tapi mengapa Sri Mulyani? Karena Sri Mulyani yang menggunakan etika untuk memastikan keadilan, itu dugaan saya. Etika publik, itulah jawaban atas persoalan bangsa yang (sementara) disediakan sebagaimana tertulis dalam manifesto “Etika Publik adalah dasar etis sebuah Republik. Dengan itu kita menempuh sebuah Indonesia yang bermutu”.

Harus digarisbawahi bahwa situs yang diluncurkan hari Kamis tanggal 30 September 2010 tersebut bukan merupakan official website Sri Mulyani. Dinyatakan pada laman beranda “Situs-web ini bukan situs resmi dari Sri Mulyani Indrawati. Ia hanya menjadi ikon dari etika publik”. Lalu pertanyaan muncul di benak saya, lalu untuk apa situs ini diadakan? Menjajagi kemungkinan SMI jadi presiden? Mengapa begitu penuh keragu-raguan?

Kata-kata “bukan situs resmi” dapat diartikan sebagai “disclaimer” SMI. Dengan kata lain, SMI tidak punya kewajiban untuk bertanggung jawab atas situs tersebut. Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) sebagai pembuat situs tampaknya yang diarahkan untuk memikul tanggung jawab. Jadi ternyata bukan SMI yang memberikan konsep bagaimana merawat republik ini. Kalau konsep diterima masyarakat banyak, SMI dapat nama dan punya peluang maju menjadi capres. Salah satu tema dalam forum diskusi adalah Ibu Sri Mulyani President Indonesia. Tapi kalau ternyata banyak oposisi, dan banyak penolakan maka situs dan segala isinya tidak ada hubungannya dengan SMI. Pertanyaan mendasar muncul, lalu etika publik macam apa yang sedang ditawarkan? Ini seperti kalimat dalam pidato SMI “anomaly yang sangat tidak bisa dijelaskan oleh logika akal sehat”.

Selain persoalan tersebut, ada persoalan lain yang menurut saya perlu dicermati. Hampir setiap orang termasuk para pejabat sangat sering melontarkan permasalahan moral sebagai solusi masalah bangsa. Sangat normative dan mengawang-awang. Lalu masing-masing pihak sibuk berdebat nilai-nilai (etika, moral) siapa yang paling tepat untuk menyelamatkan republik. Tidak ada langkah dan konsep konkrit untuk membenahi system dan tatanan yang ada. Semua benda mati dianggap benar dan yang salah orangnya. Maka situs srimulyanidotnet menawarkan etika publik. Wilayah yang sangat abu-abu dan tidak ada perbedaan berarti dengan “para penjual obat” yang lain. Apakah ini yang hendak dijadikan dasar etis sebuah republik?

Kembali ke pertanyaan awal, lalu untuk apa (sebenarnya) situs ini dibuat? Saya masih belum menemukan jawaban yang cukup memuaskan. Jika hanya untuk membuat “everybody’s happy” dengan memasang nama sri mulyani, maka rakyat tetap tidak happy. Jika benar-benar hendak merawat republik, mengapa begitu penuh keragu-raguan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun