Mohon tunggu...
janardana 05
janardana 05 Mohon Tunggu... -

Good things come to those who wait ~ I still believe it!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

FPI: yang Error Aparaturnya Kok yang Dihajar Rakyatnya?

9 Agustus 2010   09:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:11 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_220601" align="alignleft" width="300" caption="foto.detik.com"][/caption]

FPI jadi trending topic di twitter, ada apa ya? O, rupanya ada kejadian heboh lagi yang konon akibat ulah ormas tertentu. Seseorang lantas memperjelas bahwa ormas dimaksud adalah FPI. Front Pembela Islam, ngeri saya mendengar namanya.

Gimana nggak ngeri, wong nama itu mengingatkan saya akan kejadian kurang lebih 6 tahun yang lalu. Ya, 6 tahun yang lalu ketika saya lagi asyik nongkrong di warnet tiba-tiba datang segerombolan orang berseragam putih dan membawa pedang “merapikan” warnet tanpa basa basi. Pas bulan puasa juga waktu itu. Tentu saja saya lari lintang pukang, daripada tewas di tempat tanpa tahu apa sebabnya! Ngelawan preman masih mending, karena mereka takut mati juga. Tapi kalau yang satu ini justeru senang mati tuh, gimana coba? Mending kabur kan?

Telusur punya telusur, rupanya di ruang belakang warnet ada mini barnya. Terus kenapa kok yang diamuk warnetnya juga? Sampai sekarang saya masih tidak bisa mengerti nalarnya. Benar bahwa bar di belakang menyajikan minuman beralkohol. Maksiatkah? Nyatanya ijin operasi juga tidak ada larangan beroperasi pada saat itu. Aparat ok-ok saja. Kenapa mereka yang repot? Kenapa pula saya harus lari terbirit-birit karena pedang tidak mengenal kawan atau lawan?

Alasan mereka selalu klasik; Selama aparat tidak dapat mengatasi kemaksiatan, maka FPI akan terus bergerak menegakkan memberantas kemaksiatan. Ini yang membikin saya lebih pusing. Mestinya kan yang dirapikan itu aparaturnya supaya kerjanya benar. Kerja aparat hukum itu kan menegakkan hukum. Jadi proses-proses penegakkan hokum yang nggak bener itu rapikanlah kalau FPI memang konsisten dan gentleman. Kasus korupsi kan juga maksiat. Bukankah kita juga pesimis kalau korupsi bisa diberantas?

Satu lagi tidak dapat masuk ke akal saya. Kejadian terkahir yang “katanya” insiden pelarangan ibadah di Bekasi. Lha wong ibadah kok dilarang? Kalau tempat ibadah dilarang berdiri masih masuk akal karena mungkin tidak punya IMB atau apalah. Tapi kalau beribadah kok dibubarkan itu nalarnya gimana? Alasanya mengganggu, atau ibadah itu termasuk maksiat juga? Weleh-weleh!

Katanya membersihkan tempat maksiat, tapi memberantas korupsi tidak berani. Malah bergandengan dengan pejabat. Jadi, apa yang sebenarnya sedang anda perjuangkan?

Aparat (polisi) lebih aneh lagi. Ada aksi kekerasan di depan mata kok diam saja. Memang boleh menegakkan aturan dengan melanggar aturan?

Jadi apa maksud semua itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun