Mohon tunggu...
janardana 05
janardana 05 Mohon Tunggu... -

Good things come to those who wait ~ I still believe it!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Video Porno vs Statement Tifatul: Mana yang Lebih Meresahkan?

21 Juni 2010   09:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:23 1631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_173278" align="alignleft" width="300" caption="cut tari (arieprawira.wordpress.com)"][/caption]

Ini masalah berita, bukan masalah siapa dengan siapa. Bahwa berita peredaran video porno dengan pelaku mirip Ariel-Luna-Cut Tari begitu menggemparkan akhir-akhir ini adalah sudah jamak dipahami. Namun, dengan mengamati perilaku konsumen berikut komentar-komentar baik melalui tulisan maupun status di jejaring sosial, tampaknya jauh kesan masyarakat sedang resah. Siapa yang resah dengan video tersebut? Tentu saja ada, tetapi yang resah justeru memilih diam dan mengelus dada dengan jumlah yang minim. Dari fakta yang ada, masyarakat Indonesia dinilai kecanduan pornografi (detiknews.com). Hingar-bingar yang terjadi justeru luapan “kegembiraan” karena adanya harapan (dengan meyakinkan diri sendiri terus menerus) tokoh-tokoh idola rontok karena perilaku hewani. Orang menikmati sekaligus mencaci.

Perilaku hewani? Ah, yang benar saja? Secara mendasar tidak ada perbedaan perilaku antara pelaku, pengedar dan para pemirsanya. Sama-sama hewani. Kalau menikmati ya sudahlah, tidak usah mencaci.

Kembali ke pertanyaan semula, resahkah mayoritas bangsa kita? Kelihatannya tidak tuh. Justeru tampak senang dan membagikan kesenangan tersebut ke sahabat dan handai taulan. Dan layaknya sebuah kesenangan, biasanya mudah dilupakan. Terlepas dari benar tidaknya pelaku video, Ariel-Luna siap ditampung PKS dengan catatan tertentu. Itu yang dikatakan oleh Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminuddin menjawab pertanyaan wartawan di sela-sela Musyawarah di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Sabtu, 19 Juni 2010. Bagaimana dengan pelaku film yang mirip Cut Tari? Ah, dia kan punya suami. Seandainya hamil pun anaknya punya bapak.

Video mesum Yahya Zaini (mantan anggota DPR RI dari Partai Golkar) dan Maria Eva (entertainment.kompas.com) mungkin sudah kita lupakan. Ketua Gerakan Jangan Bugil Depan Kamera, Peri Umar Farouk kepada detikcom mengatakan bahwa saat heboh rekaman porno antara politisi Yahya Zaini dan pedangdut Maria Eva beredar, tidak kurang dari 1,9 juta orang mencoba mengunduh video tersebut dalam sebulan.

Saat ini videonya mungkin sudah dikopi dan diedarkan ratusan bahkan ribuan kali. Detiknews melaporkan bahwa video ini sudah mendunia lewat youtube, tokh masyarakat tidak resah dan bahkan ada politisi yang mendukung Maria Eva menjadi calon wakil bupati Sidoarjo. Mengimbangi artis seksi Julia Perez yang akan “manggung” di Pacitan. Dengan demikian, bolehkah disimpulkan bahwa tidak ada yang resah secara material terhadap aksi pornografi dan pornoaksi.

Beda cerita dengan Tifatul. Pernyataannya tentang analogi “mirip-miripan” memicu kontroversi hebat.

"Kalau yang mirip ini tidak dituntaskan, akan panjang implikasinya," tutur Tifatul mengomentari video porno mirip Ariel-Luna dan Cut Tari, kepada wartawan di kantornya Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pagi ini (Kamis, 17/6)

[caption id="attachment_173280" align="alignleft" width="300" caption="sumber: tatagwarasto.files.wordpress.com "][/caption]

Tifatul membandingkan dengan soal Nabi Isa atau Jesus. Bagi Islam, orang yang mirip Nabi Isa itu yang disalib. Sementara umat Nasrani menganggap, Jesus itu sendiri yang disalib. Karena perbedaan ini kemudian berimplikasi panjang di antara kedua agama tersebut sampai sekarang. (www.rakyatmerdeka.co.id)

Berdasarkan analogi tersebut, bolehkah disimpulkan bahwa orang islam menganggap pelaku video porno adalah mirip Ariel, Luna dan Cut Tari, sementara orang Nasrani menganggap pelaku video adalah Ariel-Luna dan Cut Tari? Analoginya yang tidak tepat atau logikanya yang sesat? Atau lebih parah lagi. Kasus video porno membutuhkan satu pihak harus kalah karena salah. Secara tidak langsung penyaliban Jesus juga harus ada yang kalah karena salah. Kalau demikian, mana yang menjadi lebih meresahkan?

Indikasi nyata keresahan masyarakat tampak pada banyaknya tokoh yang langsung memberi komentar atas pernyataan Tifatul. Romo Benny dari KWI segera memberi tanggapan (www.rakyatmerdeka.co.id) disusul Yenny Wahid, selaku Direktur Wahid Institute (kompas.com).

Uji resah tidaknya masyarakat tinggal menunggu dua momentum penting. Pertama, bagaimana jika Tifatul mundur dari jabatan menteri sekaligus keluar dari PKS yang notabene hendak membentuk partai inklusif. Keluarnya Tifatul dari PKS tentu diharapkan membawa kebesaran partai seusai munas mewahnya. Yang kedua bagaimana jika Maria Eva dan Jupe menang dalam pilkada? Sikap atas dua permasalahan ini akan menjadi cermin bagaimana sebenarnya etika dan moral pada mayoritas bangsa Indonesia, termasuk para politisinya. NB: Tifatul baru saja meminta maaf masalah mirip-miripan. Sumber berita: Vivanews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun