Mohon tunggu...
Janaka "Jak" Linglung
Janaka "Jak" Linglung Mohon Tunggu... lainnya -

bapak dari satu anak yang suka makan ketoprak :D\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Macet dan Solusinya

1 Desember 2014   23:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:19 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Macet dan Transportasi Massal ? Bisakah jadi solusi. Harus bisa tentunya. Ngomong soal macet, Ibukota Jakarta adalah kota yang selalu dapat stigma macet. Penyelesaian masalah macet di ibu kota terus menjadi harapan warga agar Gubernur baru DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, bisa menyelesaikan dengan baik. Beberapa kebijakan Gubernur baru mulai dari ERP hingga pelarangan Motor melalui Jl MH Thamrin dianggap masih belum memenuhi ekspektasi warga.

Ilyas Pradita, warga Jaksel mengatakan Ahok juga harus mau menyelesaikan protek monorel yang kini masih terbengkalai. Kalimat tersebut meluncur saat ia berbincang dengan Metrotvnews.com Selasa (18/11/2014). Menurutnya monorel akan bisa menjadi salah satu alat transportasi untuk menyelesaikan macet di Jakarta.

Monorel lanjutnya, meskipun tidak seratus persen bisa atasi kemacetan setidaknya akan dapat mengurangi. Infrastruktur monorel dan MRT bisa jadi jalan cepat untuk mengatasi kemacetan.

Selain MRT dan Monorel, diperlukan pembangunan infrastruktur yang lain untuk mengimbangin pertumbuhan kendaraan bermotor dan mobil yang tumbuh sangat tinggi.

Curahan hati tersebut jelas perlu untuk didengarkan Ahok dengan hati dan rasa. Perlu cara cerdas untuk menyelesaikan permasalahan macet.

Terlepas dari itu,  Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)  sendiri telah menyusun sebuah rencana untuk membangun infrastruktur transportasi, salah satunya dengan pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis rel.

Dedy S Priatna mengatakan pembangunan angkutan missal akan dilakukan di banyak kota, mulai Monorel dan MRT, termasuk kereta api (KA) perkotaan di 9 kota yang telah direncanakan. Monorel akan segera di bangun Surabaya dan Bandung. Untuk KA akan dibangun Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makasar.

Ngomong-ngomong Bandung, gerakan yang dibangun oleh si Ridwan Kamil jelas sangat visioner dan langkahnya layak di apresiasi. Ia bangun cara kerja yang cukup baik agar Monorel bisa terbangun d Bandung. Cara kerja yang baik bila dibandingkan dengan Jakarta, saat membangun Monorek.

Berdasarkan data Bappenas, pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel yang akan dilakukan antara lain MRT Jakarta (utara-selatan dan barat-timur), monorel dan tram Surabaya, serta monorel Bandung.

Bappenas direncanakan juga akan mengembangkan BRT, mirip busway di 29 kota besar yakni diantaranya di Pekanbaru, Batam, Padang, Bogor, Solo, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Gorontalo, dan Ambon. Anggaran yang dibutuhkan bisa mencapai  Rp 115 triliun. Pendanaan bersumber dari dukungan APBN sebesar Rp 90 triliun, APBD Rp 15 triliun, BUMN sebesar Rp 5 triliun, dan swasta Rp 5 triliun.

Mengulik cerita Bappenas diatas, Jakarta dalam hal ini Gubernur baru bisa membangun sinergi bersama Bappenas dalam membangun transportasi massal, tidak bisa masalah kemacetan di Jakarta diselesaikan sendirian. Butuh kerjasama dengan semua pihak tentunya. Kesempatan ini jangan didiamkan. Monorel bisa dijadikan sarana untuk menyelesaikan kemacetan.

Dan satu lagi, perencanaan pembangunan transportasi massal di Jakarta perlu mendapatkan keseriusan. Jangan sampai ada rencana membangun LRT dengan mengorbankan Monorel, tetapi tidak ada sama sekali perencanaanya. Tidak bisa diukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun