Mohon tunggu...
Jan Roi
Jan Roi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pedagang yang suka menulis

Mantan salesman mobil yang suka merenung, jualan gak banyak. Resign dan lanjut merenung, lalu dituliskan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sosok dan Butuhnya Kita Oposisi!

14 Februari 2024   19:11 Diperbarui: 14 Februari 2024   19:16 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Betapa senangnya saya akan hasil Pilpres kali ini, dimana PDIP memenangkan pemilihan ALEG (versi hitung cepat), dan bagaimana sosok seorang Joko Widodo sangat berpengaruh akan kemenangan Prabowo-Gibran.


Jadi, ijinkan saya berpendapat.

1. PDIP punya sosok seorang Ibu Megawati. Kharismanya yang luar biasa, berhasil menjadikan Partai ini, partai terkuat di Indonesia sejak era reformasi, dan diakui dunia. Tanpa Ibu Megawati, mungkin partai ini akan bernasib sama seperti Golkar, yang terus tergerus elektabilitasnya, dan Demokrat, yang "ambruk" jumlah fans beratnya, dan banyak partai lain.

Sosok seorang Ibu Megawati begitu kuat bagi PDIP. PDIP adalah MegawatI, pun sebaliknya.

2. Jokowi. Suka tidak suka, Presiden Joko Widodo punya win rate 100% kemenangan di 5 kontestasi Pemilu yang di ikutinya. Solo 2 periode, Gubernur DKI 2 tahun, dan Presiden 2 periode.

Leadership melekat pada dirinya. Pencitraan yang dia lakukan, begitu melekat dalam benak rakyat. Di Arab Saudi, orang-orang malah berjualan dengan namanya, dalam hal menawarkan barang pada jemaah asal Indonesia.

Sosok Jokowi sudah begitu mengakar bagi mayoritas masyarakat Indonesia.

2014, Koalisi Merah Putih menguasai Parlemen. PDIP meradang kala itu, meski menjadi partai pemenang Pemilu, posisi ketua DPR malah jatuh ke KMP. Tapi lihatlah, Jokowi berhasil meluluh-lantahkan koalisi itu, dan membuat Golkar, PAN, berbalik badan ke partai penguasa.

2019, kondisinya hampir sama. Namun, lagi-lagi, kepiawaian politik Jokowi, berhasil membuat pemerintahannya absolute, DPR pun jadi paduan suara saja. Fungsi chek and balance gak berjalan semestinya.

Kalau pada periode 2014-2019, ada Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang kerap kritis kepada Pemerintahan, periode 2019-2024 sejak dirangkulnya Prabowo Subianto jadi Menhan, otomatis yang kritis tinggal Mardani Ali Sera, itupun suaranya cuman sekali setahun kedengaran.

Melihat fakta diatas, seharusnya para politisi sadar bahwa sosok seorang Jokowi begitu berpengaruh kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun