Surat terbuka
Dari :
Anak Muda Indonesia
Jamson Tampubolon
Kepada Yth.
Presiden Republik Indonesia & Wakilnya
Bapak Ir. Joko Widodo & Bapak Drs. Moh. Jusuf Kalla
Di
Jakarta
Selamat Bekerja dan semoga senantiasa dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalankan tugas sebagai Abdi negara dan pelayan bangsa.
Bapak Presiden & Wakilnya yang saya banggakan, mohon maaf jika pada pilpres kemaren saya tidak memilih Bapak berdua dikarenakan saya lebih suka dengan gaya dan bahasa dari Yth. Bapak Prabowo Subianto. Namun setelah pemerintahan bapak berjalan dan sudah melewati 100 hari kerja, saya menyesal kenapa dulu tidak memilih pasangan No. 2. Namun itu bukan masalah yang penting dan pasti tidak memiliki rating yang tinggi.
Pesta rakyat yang dikonsep oleh para tim pemenangan dan rakyat Indonesia memang sangat sederhana dan meriah bahkan nampaklah bahwa Indonesia sedang bersuka cita. Pergantian Kepala Negara di Istana Merdeka juga sangat haru karena adanya pisah sambut antara presiden yang lama dengan yang baru ini merupakan sejarah Indonesia yang harus dicatat dan diingat oleh segenap bangsa Indonesia.
Kesukaan saya dengan gaya kepemimpinan Bapak Jokowi & JK adalah bermula ketika memilih Menteri yang hanya saya kenal (karena sering muncul di TV) tidak lebih dari 3 – 4 menteri seperti Puan Maharani, Tjahjo Kumolo, Anies Baswedan, dll. Belum hilang rasa suka atas dilantiknya Bapak berdua sebagai pasangan pemimpin bangsa yang baru, namun Bapak sudah membuat banyak orang kecewa. Masyarakat Sumatera Utara khususnya Suku Batak kecewa ketika tak satupun Menteri di Kabinet Bapak berbendera Batak padahal di tanah Batak Bapak menang telak dari pasangan No. 1 kemudian setelah itu Juga harus membuat kecewa para ahli, ilmuan, dan para doktor ketika Bapak memilih seorang Menteri berpendidikan SMP. Belum selesai perdebatan masalah Menteri, Bapak juga membuat kecewa partai utama pendukung Bapak ketikaKursi menterinya Bapak potong dan orang terdekat Presiden berasal dari Profesional seperti Seskab, Dll. Kekecewaan juga muncul ketika Bapak memilih orang partai menjadi Ketua Mahkamah Agung.
Namun, bagi saya Bapak adalah politisi yang tidak mau pusing dan bapak memilih menjadi politisi santun. Saya melihat hal tersebut ketika bapak pakai PPATK dan KPK untuk menyingkirkan orang – orang partai yang diajukan sebagai calon menteri, saya bangga dan senang ketika bapak bertindak seperti itu. Saya juga bangga dan senang ketika belum 100 hari lebih bapak sebagai presiden bapak sudah mengunjungi Provinsi saya Sumatera Utara yakni untuk meninjau korban Erupsi Gunung Sinabung dan Meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Pelabuhan Internasional Kuala Tanjung, dan Tol Medan – Binjai. Saya juga senang ketika Bapak menunjuk Seorang Frangky Sibarani (orang batak) menjadi Kepala BKPM yang merupakan program unggulan bapak untuk menerapkan perijinan satu pintu.
Masih hangat dibicarakan bahkan sampai sekarang belum tuntas ketika Bapak mengajukan Komjen Pol. Budi Gunawan menjadi Calon Kapolri menggantikan Kapolri lama yang notabene baru masuk masa pensiun Oktober 2015 nanti. Ketika orang – orang berkata agar KPK dilibatkan, ketika media massa ramai berkumandan, dan para pengamat menertawai dan mengatakan bapak orang yang inkonsisten saat itu saya berfikir bahwa bapak sebetulnya tidak suka dengan Komjen Budi Gunawan, namun karena beban berat yang ada dipundak dan sedang bapak pikul berupa tekanan dan intervensi dari partai pendukung, bapak terpaksa mengajukan calon kapolri tunggal.
Namun saya melihat bapak ingin menyingkirkan Komjen Budi Gunawan dengan cara tidak melibatkan KPK. Saya melihat bapak ingin melakukan hal yang sama sewaktu memilih menteri namun dengan drama yang berbeda. Saat memilih menteri bapak melibatkan KPK dan PPATK, sedangkan saat mengangkat Kapolri bapak tidak melibatkan kedua lembaga yang menurut saya setengah dewa. Dan ketika kedua lembaga ini tidak bapak libatkan, mereka bekerja sesuai dengan tupoksi masing – masing. Bapak dengan mantapnya membuat KPK kebakaran jenggot sehingga sehari sebelum komjen BG melakukan fit and profer test dia dinyatakan tersangka oleh KPK.
Semua Media langsung tertuju pada drama baru ini sehingga lupa terhadap korban Air Asia yang masih belum ditemukan 100%. Sehingga masyarakat hampir lupa untuk mengingat bahwa permasalahan kesehatan dan pendidikan masih banyak yang perlu dikawatirkan. Alangkah lucunya negeri ini, ketika perseteruan yang terjadi yang seyogianya adalah masalah pribadi namun melibatkan lembaga hukum yang terhormat dan memiliki kredibilitas yang tinggi.
Cicak vs buaya jilid 3 muncul sewaktu Wakil ketua KPK Bambang Widjojanto ditangkap oleh Bareskrim dengan kasus yang notabene pengaduan kader partai tertentu. Sore harinya bapak presiden langsung melaksanakan konferensi pers yang bunyinya kalau tidak salah “agar kedua lembaga tidak saling bergesekan”. Hasil press conference yang bapak lakukan memang mengecewakan seluruh penghuni nusantara karena bapak dianggap gagal dan tidak tegas menyelesaikan permasalahan antara Polri dan KPK. Tiga jam setelah bapak press conference bermunculanlah di media – media sosial bahwa sebelumnya bapak sudah menegur ketua KPK dan Plt. Kapolri tentang keadaan yang terjadi.
Namun, saya tetap mengikuti setiap momen bapak dan saya melihat bapak tidak hanya fokus kepada masalah Polri vs KPK. Disaat masih banyak yang memberitakan masalah ini, bapak terus bekerja selayaknya sebagai pelayan bangsa.
Ada hal yang belum bapak laksanakan untuk kisruh Polri vs KPK ini, ketika bapak bertemu dengan Panglima TNI, Kepala BIN, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, dll. Itu merupakan tindakan yang santun dan terhormat menurut saya. Bapak tidak bayangkan bagaimana panasnya hati partai pendukung bapak melihat pertemuan itu, bagaimana buasnya makian kepada bapak oleh mantan calon gubernur Sumatera Utara yang kala itu bapak ikut berkampanye untuknya, dan bagaimana banyaknya cemoan ketika bapak membentuk Tim tujuh yang kemudian berganti dengan tim sembilan yang notabene kalangan profesional dan agamawan. Ketika bapak membentuk Staf Kepresidenan yang kepalanya merupakan kader partai koalisi sebelah?
Bagi saya bapak memang santun dan santun dalam berpolitik. Namun untuk kisruh cicak vs buaya jilid 3 dan banteng vs matador jilid 1 (menurut saya) akan memperoleh titik temu ketika bapak undang ke istana untuk berdialog yakni Presiden ke – 6 RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Pak SBY merupakan negarawan santun dan berbahasa lembut seperti lagu rayuan pulau kelapa. Setelah itu, akan ada ide yang muncul dan tidak menyakiti hati siapapun karena pak SBY selalu punya pilihan.
Saya juga setuju ketika bapak ke luar negeri untuk tugas kenegaraan, dalam hati saya jika sebagai bapak “biarkan saja politisi di Indonesia ribut, saya keluar dulu biar tidak di lobi – lobi” hehehe. Saran saya kepada Bapak Presiden, (1) Keluarkan kepres pembatalan pelantikan Komjen Budi Gunawan, (2) Segera Ajukan Calon kapolri baru, (3) Ressuffle kabinet, (4) Perkuat dukungan di Parlemen bila perlu keluar dari KIH (toh bapak sudah menang, dan terakhir (5) Usut Tuntas kasus Korupsi Mulai dari kasus BLBI sampai Hambalang.
Bapak tidak perlu takut, bapak menang karena rakyat. Jika bapak tidak salah atau curang sewaktu Pilpres dulu, untuk apa takut kepada Komjen Pol Budi Gunawan? Bapak perlu saya ingatkan bahwa bapak Masih punya Panglima TNI beserta KSAD, KSAL, dan KSAU beserta para Pangdam di daerah. Bapak adalah Panglima tertinggi, walapun itu bapak pikir kurang, bapak masih punya orang – orang yang tak jelas (menurut Menteri bapak) yang mendukung bapak baik pusat maupun daerah. Bahkan partai pro-Jokowi saja mau dibentuk, kan enak pak tidak keluar uang untuk buat partai seperti partai sebelah?
Terakhir Yth. Bapak Wakil Presiden mohon agar membantu pak Jokowi, karena notabene pak JK sudah tau rasa asam dan garam di panggung perpolitikan di Indonesia. Untuk Yth Bapak Presiden Berani Jujur itu Baik, saya dan Ratusan juta rakyat Indonesia siap mendukung Bapak kalau harus gugur, gugur lah sebagai kesatria bukan sebagai pecundang.
Salam Manis Anak Muda Indonesia : Jamson tampubolon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H