Mohon tunggu...
Jamrin Abubakar
Jamrin Abubakar Mohon Tunggu... Jurnalis - wartawan

Penulis sejarah dan budaya yang beraktivitas di Donggala

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

DONGGALA SUNSET CITY: Kota Baru Donggala Berdiri di Atas Puing Kota Tua

29 Desember 2024   15:49 Diperbarui: 29 Desember 2024   15:52 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan kota tua Donggala dengan pelabuhan kopra yang rusak saat gempa bumi dan tsunami 2018 (foto Jamrin AB)

Penulis : Zulkifly Pagessa - Direktur Donggala Heritage

 

Tulisan ini adalah opini kritis yang terbagi dalam tiga babak tentang rencana Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah untuk membangun Kota Baru Donggala yang kemudian dikenal dengan sebutan Donggala Sunset City.

Narasi dan wacana tentang Donggala Sunset City telah mulai didengungkan secara massif oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah sejak awal tahun 2023 yang lalu. Dalam sebuah artikel di media online, Gubernur Sulawesi Tengah, Bapak H. Rusdy Mastura menyampaikan bahwa "Tujuan pengembangan pembangunan Kota Sunset dan Donggala untuk menjemput wisatawan dari IKN nanti". (https://newsurban.id - 23/01/2023). Gagasan Donggala Sunset City tersebut mendapat sambutan antusias dari Pemerintah Kabupaten Donggala. 

Pada laman resmi Dinas Cikasda Prov. Sulawesi Tengah https://cikasda.sultengprov.go.id - 01/09/2023) termuat sebuah artikel bertajuk "Forum Group Discussion Masterplan Kota Baru (Sunset City) Donggala" yang memberitakan pelaksanaan sebuah diskusi fokus yang membahas tentang perencanaan pembangunan Kota Baru atau yang biasa disebut "Sunset City" Kabupaten Donggala. Gagasan dari Gubernur Sulawesi Tengah ini yang diamanatkan pada Dinas Cikasda sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah untuk mendorong percepatan masterplan tersebut. Dalam laman tersebut juga diungkapkan bahwa diskusi fokus ini menghasilkan beberapa point penting yang harus digaris-bawahi untuk menyempurnakan Masterplan Kota Baru (Sunset City) Donggala tersebut, yaitu : "bahwasannya proyek ini merupakan kerja gawai bersama yang harus melibatkan seluruh pihak dan sektor-sektor yang kiranya memiliki potensi dan dampak atas perencanaan pembangunan Sunset City. Selain itu, aspek budaya perlu untuk diperhatikan, dimana pembangunan ini tidak boleh mengubah ciri khas lokal dan pemerintah perlu untuk membangkitkan living culture yang menjadi daya tarik objek wisata dan merupakan esensi dari pariwisata.

Narasi dan wacana tentang pembangunan Kota Baru Donggala yang diberi tajuk Donggala Sunset City yang didengungkan oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah sejak paruh awal tahun 2023 yang lalu kini telah berwujud menjadi sebuah dokumen perencanaan. Dalam dokumen perencanaan Masterplan Kota Baru Donggala: Donggala Sunset City tersebut disebutkan bahwa kawasan ini membentang seluas 1.000 Ha dari ujung Utara di wilayah Kelurahan Boneoge, Kecamatan Banawa hingga ke ujung Selatan di wilayah Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah. Perencanaan Kota Baru Donggala yang diberi tajuk Donggala Sunset City ini bagi sebagian masyarakat di Kabupaten Donggala seakan angin segar bahwa Pemprov Sulteng tidak abai terhadap pembangunan di kabupaten tertua dan sekaligus termiskin di wilayah Sulawesi Tengah ini.

Dari beberapa sumber, studi tentang gagasan dan konsep Donggala Sunset City ini telah mulai dilakukan sejak pertengahan tahun 2022 yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan Masterplan Kota Baru Donggala : Donggala Sunset City ini di tahun 2023. Bahkan, Gubernur H. Rusdy Mastura telah meminta pembangunan ruas jalan yang menghubungkan Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah dengan Kelurahan Boneoge, Kecamatan Banawa segera dianggarkan untuk dibangun pada tahun 2024. Menurutnya, rencana pembangunan ruas jalan Boneoge-Towale ini adalah menjadi akses transportasi masyarakat dan akses transportasi bagi destinasi wisata pariwisata di kawasan Kota Baru Donggala - Donggala Sunset City di Kabupaten Donggala tersebut. Harapannya adalah dengan terbukanya akses jalan tersebut akan memudahkan transportasi masyarakat yang berdampak pada peningkatan ekonomi.

Gagasan prestisius dan ambisius dari Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah ini, sayangnya justru terkesan ahistoris karena menafikan dan seakan melupakan keberadaan Kota Tua Donggala. Kota pelabuhan yang menjadi salah satu kota penting dalam sejarah panjang kemaritiman di Nusantara ini seakan dibiarkan lumat dan luluh lantak diatas puing-puingnya sendiri. Gagasan prestisius yang awalnya mensyaratkan untuk memperhatikan budaya dan membangkitkan living culture tersebut seakan melupakan warisan budaya Kota Tua Donggala berupa bangunan-bangunan tua warisan kolonial yang kondisinya saat ini sangat mengenaskan.

Kota Donggala bukan hanya sekadar nama tempat yang berada di wilayah pesisir barat Pulau Sulawesi, namun kota ini telah menjadi penanda penting dalam sejarah Nusantara. Wacana dan narasi historiografi tentang Donggala sebagaimana kota-kota tua di Nusantara lainnya adalah wacana dan narasi kemaritiman dan tradisi bahari masyarakatnya. Kota Tua yang berada dijalur ramai perniagaan penting di Selat Makassar selain Selat malaka dan Laut Banda ini telah dikenal sejak awal abad ke-15 sebagai kota pelabuhan yang memperdagangkan hasil bumi kopra, damar, dan kemiri, juga ternak sapi. Pelabuhan Donggala adalah salah satu pelabuhan penting di Selat Makassar yang telah terhubung dengan Laut Sulawesi dan Laut Sulu, sebelum akhirnya menuju samudera lebih luas yang menghubungkan Nusantara dengan negeri-negeri jauh melalui Laut Cina Selatan atau melalui Samudera Pasifik.

Kejayaan Kota Tua Donggala di masa lampau tersebut samar terlihat diantara warisan sejarah dan budaya maritim di kota pelabuhan yang kini hanya bersisa puing dan reruntuhan semata. Pasca peristiwa bencana yang terjadi pada tanggal 28 September 2018, kondisi warisan budaya di Kota Tua Donggala tersebut semakin ditelantarkan. Pemerintah yang terkesan abai dan tidak memiliki kepedulian sama sekali terhadap kondisi city heritage atau warisan budaya kota di Kota Tua Donggala ini memang telah berlangsung sangat lama, sejak dipindahkannya operasional Pelabuhan Donggala ke Pantoloan di tahun 1978. Pasca kepindahan operasional pelabuhan tersebut, posisi strategis Kota Donggala yang kala itu menjadi sentrum ekonomi perniagaan laut secara tiba-tiba ikut meredup dan kemudian padam. Aktivitas dan perputaran ekonomi kemudian juga turut bergeser secara signifikan ke Kota Palu yang meninggalkan Kota Tua Donggala dalam kondisi ekonomi yang carut marut dan sekarat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun