Mohon tunggu...
Jamjam Sapaat
Jamjam Sapaat Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati Pendidikan

Awardee of Teacher's Profesional Development in South Australia 2017 | Teacher Training in University of Adelaide

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Untuk Dunia Pendidikan, Jangan Terlalu Gembira dengan "New Normal"!

27 Mei 2020   15:50 Diperbarui: 27 Mei 2020   16:13 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.facebook.com › permalink

Cahaya Merah dari Ufuk Barat untuk Menyinari Timur, dari Finlandia, Perancis sampai Filipina untuk Indonesia. Itulah kalimat berbalut nasehat yang pantas untuk menjadikan pelajaran untuk kita semua. 

Dilihat dari sudut pandang Kesehatan yang diintegrasikan dengan Budaya (Sosio-antropologi Kesehatan), Indonesia belum siap menuju "New Normal" terlihat saat PSBB saja banyak yang menghiraukan aturan itu, alasannya beragam, padahal andai saja masyarakatnya "taat" untuk sebentar saja, bisa terjadi tidak akan berbulan-bulan merugi sperti ini, alhasil bisa seperti Vietnam yang sukses membersihkan dari Covid-19, mereka belajar dari sejarah SARS pada tahun 2003 dan kemudian oleh H5N1 (Flu burung) pada tahun 2004 & sekali lagi oleh H1N1 (Flu babi) pada 2009. 

Jutaan dolar dihabiskan dari tahun 2003-2012, trauma yang mendalam membuat mereka belajar dan sadar akan pandemi ini. Beberapa negera Eropa pun malah memperpanjang PSBB, ibarat silent genocide, keberadaan "New Normal" adalah alat halus untuk untuk membuka peluang genosida hadir secara diam-diam di antara kita apabila kita tidak mau mencoba mengindahkan protokol kesahatan yang berlaku di negara kita. Lalu apakah kita akan belajar dari sejarah atau mengulang kembali sejarah? 

Beberapa fakta  mencengangkan saat pemerintahan Finlandia membuka kembali sekolah-sekolah di tengah pandemi Covid-19 dengan mentaati beberapa aturan protokol kesehatan yang tertulis. Tak lama kemudian, ada beberapa orang yang positif Covid-19 yang terjadi di Finlandia setelah dibuka kembali sekolah di tengah pandemi ini, yaitu Sekolah Linnajoki di Porvoo.

Jumlahnya yang terkena Covid-19 ini ada 21 orang diantanya 17 siswa dan 4 guru dan telah memasuki karantina setelah diketahui bahwa seorang siswa yang pernah berhubungan dekat dengan mereka telah dites positif terkena virus coronavirus. 

Lalu kita berkaca ke Perancis, saat pandangan Menteri Pendidikan mengatakan ini adalah "Social Emergency" (Darurat Sosial) maka sekolah-sekolah di Perancis sekitar 40.000 sekolah dibuka kembali setelah aturan ditutup total untuk sekolah dibuka kembali. Alhasil hanya satu minggu setelah sepertiga dari anak sekolah di Perancis kembali ke sekolah dalam pelonggaran virus coronavirus, satu kekuatiran yang mengkhawatirkan sekitar 70 kasus COVID-19 telah dihasilkan setelah sekolah dibuka kembali. 

Berbeda cara dengan Filipina, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan tanpa vaksin, mengirim anak-anak ke sekolah adalah "Spells Disaster" (Mantra Bencana), dia tidak akan mengizinkan siswa untuk kembali ke sekolah sampai vaksin coronavirus tersedia dan hanya ada beberapa industri dan perusahaan untuk melanjutkan operasi terbatas di Filipina. 

Sejalan dengan pernyataan presiden Filipina, pakar penyakit menular Amesh Adalja dari Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins kepada Al Jazeera mengatakan "Coronavirus belum hilang meskipun ada jarak sosial dan akan terus menyebar sampai ada vaksin".

Melihat semua kejadian ini, Indonesia mengambil langkah "New Normal" ala Menteri Kesehatan yang sebenarnya tidak terlalu berpengaruh sama sekali. Karena sebelum ada aturan New Normal ala Menkes ini, aturan itu sudah dilakukan oleh masyarakat dengan tidak mengindahkan aturan PSBB. Jauh sebelum itu, sebagian besar penanggulan Covid-19 di Indonesia terlihat terlalu lengah. 

Aturan PSBB pun berlaku saat ada yang positif di daerah tersebut. Keputusan Menkes ini, justru akan menjadi pembenaran bagi masyarakat untuk melonggarkan sendiri aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Apa yang akan terjadi? Pasar-pasar, mal-mal, industri, perkantoran dan tempat kerja lainnya dipastikan akan ramai kembali tanpa peduli protokol kesehatan yang ada.

Di Indonesia, keputusan jadwal masuk sekolah akan bergantung pada pertimbangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Banyak rumornya masuk sekolah lagi di bulan Juli 2020, Mendikbud Nadiem Makarim membantah isu tersebut, bahkan Mendikbud sudah siap dengan semua skenario yang ditetapkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun