Yang lebih menarik yakni ternyata kitab yang telah dibahas merupakan karangan dari ulama yang berasal dari Rembang dan di ulas oleh pemateri yang dari rembang juga dalam pemaparannya jika kita mengulas kitab tarikhul Aulia dari sisi dakwah walisongonya tentu mempersempit pembahasan, dan jika kita melihat dakwah walisongo banyak sekali metode yang di lakukan oleh walisongo yang sudah tidak asing lagi di dengar yaitu dengan adat, pernikahan, seni politik dan lain -- lain..Â
Sedangkan jika kita lihat dari teori banyak sekali seperti teori gujarat, campa vietnam, maroko maghrib dan masih banyak lagi lainya, yang bisa kita lihat dari berbagai informasi lainnya.jika kita merujuk pada kitab tarikhul auliya hanya ada 2 strategi yang digunakan yaitu pernikahan dan pesantren. Karena menurut pengarang kitab metode dalam menjalankan dakwah melalui pernikahan merupaklan langkah yang strategis, dimana dengan pernikahan tersebut dakwah dapat diterima oleh saemua kalangan.Â
Kedua yaitu pesantren yang mana di jadikan sebagai strategi dakwah yang dianggap sangat tepat, hal ini dibuktikan dengan sunan Ampel yang mendirikan pesantren dengan nama Ampel Denta yang melahirkan banyak santri dan ulama dan juga sunan -- sunan seperti Sunan Bonang yang merupakan anak dari Sunan Ampel juga, Sunan Kudus, dan Sunan Derajat.Â
Mengapa dalam kitab tersebut hanya 2 metode yang dibahas, menurut narasumber sesuatu yang ditulis dan dikhalayakan merupakan sesuai kebutuhan, dan paling khusus strategi dakwah yang dilakukan di Jawa.
Jika kita lihat bahwa pernikahan yang distrategisi oleh para walisongo yakni dengan putri -- putri bangsawan atau raja, sehingga mempermudah para walisongo menyentuh masyarakat dalam berdakwahnya.Â
Yang tidak kalah menariknya yaitu jika kita lihat diberbagai kota pasti disitu terletakn alun -- alun yang mana alun -- alun tersebut pasti terdapat masjid sebagai pusat pemerintahan, allun -- alun sebagai simbol dakwahnya dan pasar sebagai pusat perekonomiannya. Hal itu merupakan formulasi walisongo dalam menyampaikan tiga simbol.
Meskipun dengan kondisi yang berjarak jauh antara panitia dan narasumbernya yaitu Brebes dan Semarang, Â ternyata bukan halangan bagi kelompok 50 dalam menyelenggarakan podcast ini demi mendapatkan dan berbagi ilmu bersama khalayak umum.
Dari saya pribadi cukup membuat tergiur lagi akan sejarah -- sejarah tentang Walisongo yang ternyata begitu luas sekali jika dijabarkan satu persatu dari sembilan wali tersebut.
Oleh : Jamilah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H