Saat anak-anak bermain atau berinteraksi dengan teman sebayanya, mereka belajar lebih banyak tentang perilaku sosial, termasuk bagaimana mengekspresikan diri, bagaimana bergiliran dan bagaimana menunjukkan empati saat berinteraksi dengan orang lain.
Ketika anak-anak mampu mengendalikan emosi mereka, mereka mampu membuat keputusan yang lebih baik daripada anak-anak dengan regulasi emosi yang buruk. Mengajari anak untuk berpikir tentang emosi dan cara mengelola emosinya saat menghadapi masalah dapat membantunya berinteraksi lebih baik dengan orang lain.
Dengan memberi mereka taktik untuk digunakan saat kesal, seperti menghitung sampai sepuluh atau menarik napas dalam-dalam, dapat membantu mereka menegosiasikan interaksi yang lebih baik dengan orang lain. Ini adalah satu lagi keterampilan baru untuk anak kecil.
Hal terpenting adalah membantu anak memahami apa yang terjadi dalam situasi yang sulit dan mencoba menanganinya dengan lebih baik. Seringkali ini berarti mencari bantuan orang dewasa daripada berurusan dengan teman sebaya saat kesal.
Cara anak berkomunikasi dengan orang lain memainkan peran penting dalam interaksi dan hubungan mereka dengan teman sebayanya. Berbicara dengan anak tentang pentingnya keterampilan komunikasi yang tepat dan beri mereka tip untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menjelaskan bahwa penting untuk mendengarkan orang lain berbicara dan tidak berbicara dengan orang lain pada saat yang bersamaan. Melatih percakapan dengan anak dan dorong mereka untuk berbicara dengan orang lain dan tanyakan tentang diri mereka sendiri karena ini adalah cara yang bagus untuk memecahkan kebekuan dan mendapatkan teman baru.
Dengan mengajarkan keterampilan percakapan kepada anak-anak, akan membantu mereka bertemu orang baru dan melakukan percakapan yang menarik dengan teman-teman baru mereka ketika mereka mencapai usia sekolah dasar.
Anne Morrison, mengatakan hubungan teman sebaya berubah seiring waktu. Pada usia ini, wajar jika anak Anda tidak memiliki "sahabat", atau setidaknya seseorang yang secara konsisten mereka sebut sebagai teman. Di sisi lain, ketika anak-anak terutama perempuan mengembangkan preferensi pertemanan, seringkali sulit bagi mereka untuk memahami bahwa dapat berteman dengan lebih dari satu anak sekaligus. Hal ini dapat menimbulkan banyak drama dan perasaan terluka saat memilih seorang teman, yang dapat menyakiti anak-anak yang tidak dipilih, atau dapat membuat frustasi teman yang tidak ingin bermain dengan anak yang sama sepanjang waktu.
Morrison menambahkan bahwa dalam pengalamannya, sekitar usia empat tahun, banyak anak mengalami tahap "kamu bukan temanku". Mungkin sulit untuk mendengar tentang hal ini terjadi pada anak, tetapi penting untuk diingat bahwa ini adalah perilaku perkembangan normal yang terkait dengan menjalin persahabatan. Jika anak mendengar banyak tentang hal itu dan kesal, kata Morrison, beri tahu guru anak, atau membicarakannya dengan orang tua anak yang lain.
Teman sebaya dapat menguntungkan dan menghambat bagi perkembangan anak. Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
Model pembelajaran kooperatif adalah seperangkat kegiatan pembelajaran bagi Anak dalam kelompok kecil yang mengutamakan kerja sama untuk memecahkan suatu masalah. Model ini berguna untuk menciptakan kolaborasi antar anak menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk tujuan tertentu.
Sedangkan menurut buku Handbook of Child Psychology and Developmental Science banyak hubungan teman sebaya juga mencerminkan hubungan sepihak yang tidak setara yang merusak atau menciptakan hambatan bagi perkembangan moral.