Pada tanggal 6 Agustus 2024, peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari IAIN Madura melaksanakan sosialisasi yang berfokus pada pengembangan kerajinan gerabah di Dusun Lepek, Desa Sumedangan, Kecamatan Pademawu, Pamekasan. Acara ini merupakan bagian dari program KKN yang bertujuan untuk memberdayakan komunitas lokal dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui kolaborasi dan transfer pengetahuan.
Sosialisasi ini dihadiri oleh para pengrajin gerabah setempat, serta perwakilan dari IAIN Madura dan sejumlah ahli kerajinan gerabah. Para peserta KKN mempresentasikan berbagai materi yang relevan, termasuk teknik pembuatan gerabah yang lebih efisien, inovasi dalam desain, serta strategi pemasaran untuk memperluas jangkauan pasar. Selain itu, mereka juga mengadakan sesi diskusi dan workshop praktis, di mana pengrajin dapat bertanya langsung dan mendapatkan bimbingan.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat keterampilan pengrajin gerabah di Dusun Lepek, membuka peluang baru dalam pemasaran produk, serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat. Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan ada sinergi antara pengetahuan akademis dan praktik lapangan yang dapat mendukung kemajuan industri gerabah di daerah tersebut.
Gerabah merupakan seni kriya yang telah diwariskan dari generasi kegenerasi, bukan hanya sekadar menghasilkan benda fungsional dan dekoratifdari tanah liat yang dibakar. Masyarakat di Kampung Gerabah memiliki pengetahuan dan keahliandalam mengolah tanah liat menjadi berbagai bentuk gerabah, mulai dari peralatan rumah tangga, barang-barang dekoratif, hingga benda-benda yangdigunakan dalam ritual adat. Proses pembuatan gerabah yang dimulai dari pemilihan tanah liat, pembentukan, pengeringan, hingga pembakarandilakukan dengan cermat dan penuh keterampilan.
Desa Sumedangan, yang terletak di pulau Madura, adalah sebuah komunitas kecil namun dikenal secara luas karena keterampilan pengrajin gerabahnya. Dengan populasi sekitar 50 orang pengrajin, desa ini memiliki reputasi sebagai pusat pembuatan gerabah yang khas, khususnya cobek dan pemasak kopi. Meskipun kedua jenis gerabah ini diproduksi, cobek merupakan produk utama yang mendominasi kegiatan pembuatan di desa ini.
Setiap minggu, pengrajin di Sumedangan berhasil memproduksi sekitar 100 buah cobek. Proses pembuatan cobek melibatkan berbagai tahapan, mulai dari pemilihan tanah liat, pengolahan bahan, pembentukan, hingga pembakaran. Uniknya, seluruh proses produksi ini dilakukan di satu rumah saja tanpa adanya pengelompokan atau pembagian tugas. Artinya, satu rumah atau satu pengrajin akan menangani semua aspek pembuatan cobek dari awal hingga akhir. Ini menciptakan cara kerja yang sangat personal dan terintegrasi dalam setiap tahap produksi.
Hasil gerabah dari desa ini, terutama cobek, banyak dijual ke daerah-daerah di Madura. Namun, pasar utama mereka terletak di Jawa, khususnya di Jember. Hal ini menunjukkan bahwa produk dari Sumedangan memiliki daya tarik yang luas dan diterima dengan baik di berbagai daerah. Meski demikian, keunikan dan kualitas cobek dari Sumedangan tetap menjadi daya tarik utama di pasar.
Keberadaan pengrajin gerabah di desa ini memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal dan menjadi bagian penting dari warisan budaya mereka. Dengan keterampilan dan dedikasi mereka, para pengrajin Sumedangan tidak hanya mempertahankan tradisi pembuatan gerabah, tetapi juga memperluas jangkauan produk mereka ke pasar yang lebih luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H