Kian hari semakin banyak yang menyerang Jokowi akibat dari pilihan Koalisi Indonesia Maju memajukan Gibran putra presiden sebagai calon wakil presiden Prabowo dalam pemilu 2024 yang akan datang.
Semua serangan mengambil sudut pandang yang beragam dan  yang menyerang Jokowi dari beragam kalangan masyarakat - hanya anehnya sangat jarang dari kalangan masyarakat menengah kebawah. Apakah ini sebuah tanda aneh atau biasa saja.
Nada serangan yang dilontarkan seolah tidak ada baiknya sama sekali presiden Jokowi - semuanya salah, orang dengan mudah melupakan perbuatan baik Jokowi yang telah ia lakukan untuk Indonesia selama 9 tahun belakangan ini. Semua sirna tak berbekas - apakah ini watak dari masyarakat kita?. Â Entahlah.
Banyak hal yang tidak bisa dicerna dengan pikiran yang jernih dan waras - contohnya adalah Jokowi seperti kacang lupa kulit. Anak dan menantunya bisa menjadi walikota karena Jokowi memohon kepada PDIP agar bisa dicalonkan dan PDIP memberikan tiket itu.
Pernahkah mereka yang menuduh Jokowi kacang lupa kulit itu berpikir sebaliknya. Bisa saja Jokowi menghubungi Airlangga atau Prabowo agar Golkar dan Gerindra mencalonkan anak dan menantunya sebagai walikota dalam pilwalkot. Tetapi itu tidak dilakukan.
Mengapa Jokowi meminta PDIP untuk mencalonkan anak dan menantunya?, bukankah ini bentuk dari  Jokowi menghargai PDIP sebagai partai dimana Ia dibesarkan. Bisakah mereka membaca ini sebagai signal penghargaan Jokowi?. Atau sudah dibutakan oleh kebencian dan iri?.
Masih banyak lagi cemooh dan cercaan yang diterima oleh Jokowi. Sekarang adalah waktunya kita yang tidak terlibat dalam pusaran kebencian ini untuk memberikan secercah sinar harapan dan pencerahan bahwa watak kita sejatinya adalah watak orang yang tidak melupakan jasa orang yang sudah membuat Indonesia ini lebih maju setapak daripada 9 tahun lalu.
Bahwa Jokowi mempunyai kelemahan itu adalah wajar sekali - kita sama seperti Jokowi, manusia biasa yang tak luput dari kesalahan oleh karenanya tegaklah teguh pada penilaian yang akan menjadi tonggak pengukur kesalahan kita juga. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H