Konon menurut bisik-bisik dari teman, setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Universitas, si jagoan tidak pernah bisa mendapatkan pekerjaan yang sungguh mampu menampung dan mewadahi talentanya.
Ia hanya bertahan paling lama  18 bulan saja jika bekerja disebuah perusahaan, ada saja penyebab ia resign - entah itu tidak cocok dengan pimpinan, atau tidak bisa bekerjasama dengan koleganya.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan si jagoan?.Â
Bukankah ia menguasai semua teori untuk bekerjasama dalam sebuah team?. Toh tinggal mengimplementasikan saja, apa susahnya sih.
Narasi diatas memberikan sebuah pengertian kepada kita, bahwa masa sekolah tidaklah sama dengan masa menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat. Berbeda sekali, bahkan ada yang mengatakan laksana bumi dan langit bedanya.
Di sekolah, semuanya serba teratur dan setiap persoalan ada jawabannya yang tepat dan benar. Tetapi dalam bermasyarakat kehidupan itu menjadi tidak beraturan pun jawabannya juga tidak ada yang benar atau salah - semuanya bisa benar atau semuanya bisa salah.
Rupanya si jagoan kita tadi, sudah hidup terbiasa dengan yang serba teratur dan semua memiliki jawaban yang pasti seperti soal-soal ujian di kelas.
Penting untuk disadari, bahwa agar bisa menjadi orang yang sukses dan berhasil dalam hidup bermasyarakat, kemampuan pendidikan yang secukupnya saja sudah cukup, dan yang harus ditambah adalah kemampuan untuk bekerjasama dan membentuk jaringan kerja.
Percayalah cerita diatas bukan sebuah karangan, iya nyata seperti anda melihat diri di cermin. Selamat belajar kehidupan. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H