Salut kepada manajemen grup Hero yang segera menutup semua gerai supermarket Giant.
Langkah ini tidak mudah diambil karena banyak pertimbangannya, pertimbangan dari sisi citra perusahaan dan sisi non citra, seperti keuangan, sumber daya manusia dan lainnya.
Tidak ada momen yang tepat untuk mengambil keputusan mengakhiri sebuah usaha, tapi sepertinya pihak manajemen melihat masa pandemi ini adalah momen yang paling baik.
Konsumen sudah mengalami pergeseran dalam pola belanjanya. Tidak lagi seperti sebelum pandemi. Kerumunan dalam jumlah yang besar sudah secara sadar dihindari sebisa mungkin. Sehingga bentuk minimart seperti Indomaret dan Alfamart lebih menjadi alternatif untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari di sekitar lingkungan rumah.Â
Trend ini akan semakin menemukan bentuknya dalam tahun-tahun ke depan. Investasi supermarket dengan jumlah gerai yang banyak tidak lagi menjadi pilihan yang menguntungkan.
Ukuran keberhasilan dalam bisnis supermarket bukan lagi dilihat dari berapa banyak gerai yang dimiliki, tetapi berapa besar laba yang bisa diberikan oleh gerai itu.Â
Jadi, berdirinya sebuah gerai supermarket harus benar-benar memperhatikan kemampuannya untuk menarik para konsumen berbelanja di tempatnya. Bukan menjual nama besar perusahaan.
Sehingga bisa jadi komposisi barang-barang yang dijual di bawah nama supermarket yang sama akan berbeda dari satu gerai ke gerai yang lainnya, karena menyesuaikan dengan pola belanja lingkungan sekitarnya.
Lalu, siapa lagi yang akan menyusul tutupnya Giant?.Â
Sepertinya untuk yang lain tidak perlu tutup seluruhnya, pertahankan saja gerai yang menguntungkan daripada memeliharanya demi sebuah nama.