Dunia kita saat ini bergerak dengan cepat, hampir semua segi kehidupan berlomba dengan waktu. Sepertinya yang paling cepatlah yang akan paling hebat, paling sukses dan semua paling-paling yang lainnya.
Seolah jika kita lamban bergerak, banyak mata akan memandang kita dan menempelkan label, tertinggal atau usang.
Rasanya seakan kita menjadi aneh ditengah kerumunan. Lamban, tertinggal seolah tanda kelemahan dan ketidakmampuan.
Munculnya sebuah peluang usaha, kendati hanya berdasarkan data-data yang masih sumir harus segera direspond agar tidak terlambat dan didahului oleh kompetitor. Segera lakukan investasi, bergerak dan terus bergerak, tidak boleh diam.Â
Pada saat semua orang masih berhitung, kita sudah memulai investasi, saat kompetitor menyadari adanya permintaan, kita sudah membanjiri pasar dengan produk.
Ya, itulah dunia - semua serba cepat.
Dulu ada kata-kata  bijak - ojo kesusu. Kurang lebih maknanya, jangan terburu-buru.
Mungkin maksudnya adalah jangan berlaku atau bertindak tanpa memperhitungkan faktor resiko. Entah benar atau tidak.
Di sinilah perlunya kita melihat kebelakang. Mengamat-amati dan mempelajari apa yang sudah dilakukan oleh orang-orang terdahulu pada saat mereka menghadapi kondisi dan situasi yang hampir mirip-mirip.
Google yang begitu besar harus mengekor pada zoom dalam layanan yang sama. Begitu juga dengan layanan messenger Facebook ada jauh setelah whatsapp mendunia. Dan semua merek mobil utama dunia mulai beralih ke mobil listrik setelah Tesla membuat debut yang spektakuler.