Pada sebagian orang kata kreatif ini sangat menakutkan. Seolah seperti buldozer, yang akan menggusur dan menghancurkan segala yang sudah berumur.
Yang lama menjadi musuh besar kreatif. Segala sesuatu harus baru, dengan kebaruan itulah menunjukkan kemajuan. Atau setidaknya sudah berada pada jalur yang benar menuju kemajuan.
Apakah memang seperti itu? Tidak juga sih. Banyak juga yang serba baru dalam sekejab menjadi usang dan layu.
Dalam dunia bisnis, kreatif itu bisa dibagi dalam tiga tahap.
Tahap pertama, fase ini adalah munculnya ide yang kreatif. Ide itu bisa benar-benar baru dalam arti belum ada yang mengeksekusinya secara masif. Atau ide tersebut adalah perbaikan dari kondisi yang sudah ada dalam bisnis sehari-hari.
Tahap kedua, detail bagaimana ide tadi akan dieksekusi, bukan lagi sesuatu yang abstrak. Rute atau jalannya sudah jelas sehingga bisa dilihat akan kemana pada akhirnya.Â
Tanpa rute yang jelas, bisnis kreatif itu hanya masih dalam impian. Atau mungkin memang tidak bisa dibuatkan rutenya karena memang tak mungkin.
Tahap ketiga, dalam proses implementasi sebuah ide, dibutuhkan proses komunikasi yang terukur. Tanpa didukung oleh komunikasi yang mumpuni, ide baru yang mau diimplementasikan dapat dianggap sebagai ancaman oleh pihak lain sehingga akan menghambat laju penerapannya. Pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian yang diinginkan.
Ketiga tahapan yang ada diatas, tidak harus diterapkan secara berurutan - dalam arti semuanya mesti ada.
Bisa saja hanya diambil satu bagian saja. Misalnya semua produk atau jasanya tidak mengalami perubahan, tapi proses menyampaikannya kepada konsumen yang berbeda. Inipun bisa digolongkan dalam proses kreatif.