Mohon tunggu...
HERRY SETIAWAN
HERRY SETIAWAN Mohon Tunggu... Konsultan - Creative Coach

membantu menemukan cara-cara kreatif untuk keluar dari kebuntuan masalah

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Percaya, Percaya... Percaya

12 Maret 2021   04:00 Diperbarui: 12 Maret 2021   04:15 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dipercaya oleh orang lain saat ini menjadi komoditas yang sangat berharga - bahkan cenderung semakin meningkat nilainya.

Prank yang sering kita temui di banyak video-video yang dilansir oleh para selebriti mungkin menjadi awal dari sikap meragukan atau mempertanyakan apakah benar? Apakah adegan itu sungguh-sungguh atau prank?

Walaupun akhirnya bukan prank, kitapun masih meragukannya. Butuh upaya ekstra dari biasanya untuk percaya.

Sehingga peristiwa-peristiwa yang penting dan sakral dalam kehidupanpun tak luput dari pertanyaan, berita pernikahan A dan B, apakah ini hanya settingan saja?.

Ada orang mengatakan bahwa kita saat ini hidup dibawah rezim post truth. Dimana segala sesuatu patut dipertanyakan dan diragukan.

Tidak dipercaya itu capek. Orang akan bertanya dan menyelidiki kita, dikorek mundur segala sesuatu yang pernah kita lakukan. Dicocokkan apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Bila terdapat sedikit saja ketidakcocokan maka resikonya besar.

Kalau dipercaya memang sungguh komoditi yang hampir masuk dalam kategori sulit didapat, sudah selayaknya kita berjuang sekuat tenaga untuk menjadi yang dipercaya.

Akar dari sulitnya seseorang untuk dipercaya adalah berasal dari dalam dirinya sendiri. Yakni, ia tidak bisa mempercayai orang lain.

Ini bisa disebabkan ia sendiri suka berbohong atau membohongi orang lain, suka menyelingkuhi orang lain, suka berbuat curang.

Pada orang-orang yang tidak pernah melakukan itu biasanya lebih mudah untuk dipercaya orang.

So, jangan suka bohong, suka curang dan suka selingkuh agar bisa dipercaya.

Untuk memiliki gambaran seberapa nilai dan harga dari sebuah kepercayaan, kita bisa menilik perjalañan dari Irwan Hidayat pemiliki perusahaan jamu Sido Muncul.

Ia memiliki kesadaran bahwa jika usahanya ingin besar maka ia harus bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat akan perusahaannya.

Langkah yang diambilnya sederhana saja, tidak canggih-canggih amat.

Ia melihat perusahaan farmasi dipercaya oleh masyarakat. Ia meniru saja, yang ditiru adalah proses pembuatannya. Standar farmasi dalam pembuatan jamu. Upaya ini dikomunikasikan kepada konsumen sehingga persepsi konsumen menjadi lebih percaya.

Upaya ini menjadikan Sido Muncul sebagai perusahaan jamu yang leading dibandingkan dengan perusahaan sejenis.

Upaya ini terus berlanjut, untuk dipercaya harus bisa transparan. Pemikiran untuk transparan ini mengantarkan usaha Irwan Hidayat untuk go public.

Dan perjalanan mengejar kepercayaan ini terbayar lunas. Usaha tumbuh dengan pesat dari tahun ke tahun, bahkan melibas banyak pesaing dan menempatkan Irwan Hidayat sebagai salah satu dari 50 orang terkaya di Indonesia.

Saya kesulitan mencari contoh orang yang tidak dipercaya untuk menjadi model orang sukses. Jadi sepertinya dipercaya oleh orang lain memang penting. Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun