Siapa pun pasti bisa menganalisa apakah pemberitaan sebuah media berpihak pada seseorang atau tidak.Â
Terutama menjelang tahun 2019 yang tinggal beberapa hari lagi, porsi pemberitaan yang dimuat di berbagai media terkait dengan pemilihan umum legislatif (Pemilu) dan pemilihan presiden (Pilpres) yang digelar bersamaan tanggal 17 April 2019 mendatang sudah bermunculan dengan gaya bahasa dan ulasan yang terkadang dipaksakan demi untuk menjelekkan calon lainnya.Â
Media massa cetak, media online, radio dan media elektronik (televisi) saat ini pemeberitaannya semakin mengerucut ke arah politik yang dianggap menguntungkan salah satu pasangan calon dan menjelekkan pasangan calon lainnya.
Keberadaan media, seperti harapan semua pihak bisa berperan mensukseskan Pemilu dan Pilpres dengan pemberitaan yang mendidik, serta menyebarkan informasi benar tanpa hoax atau informasi rekayasa yang diciptakan demi untuk menghancurkan calon lain.
Banyaknya media online yang bermunculan saat jelang Pemilu dan Pilpres telah ikut berpartisipasi dalam meramaikan pemberitaan 'dukung mendukung' salah satu pasangan calon.
Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa stasiun televisi yang bisa kita saksikan bersama di seluruh Nusantara, ada saja stasiun tv yang dengan sengaja membuat porsi pemberitaannya atas pesanan seseorang atau sengaja diciptakan untuk memancing argumen beragam dari masyarakat.Â
Pemberitaan yang terkadang tidak berimbang itu dipertontonkan hanya untuk menciptakan opini positif terhadap salah satu pasangan calon.
Menyikapi masih adanya pihak-pihak tertentu atau kelompok tertentu yang menginginkan terjadinya keributan jelang Pemilu dan Pilpres 2019 mendatang perlu mendapat perhatian dari seluruh masyarakat.Â
Netralitas media dalam pemberitaan yang ada jadi tidak berimbang dan terkesan mendukung salah satu pasangan calon. Netralitas media massa dan media elektronik dalam melakukan fungsinya sebagai penyampai informasi yang aktual harus dilakukan dari sekarang.Â
Banyak sedikitnya penayangan yang berhubungan dengan transformasi ataupun sosialisasi visi dan misi dari sebuah partai maupun calon yang dijagokannya akan sangat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap calon yang diusung.
Dari pengamatan belakangan ini, banyak sekali media yang tidak netral dalam menyampaikan informasi kepada publik. Ada yang berpihak kepada salah satu pasangan calon dan ada juga yang sengaja menciptakan suasana keruh agar terjadi keributan antara pendukung yang satu dengan pendukung lainnya.
Ada harapan, wartawan, media massa dan media elektronik pastilah memiliki kepekaan dalam menyajikan pemberitaan terhadap calon-calon yang muncul. Media dan wartawannya harus bijaksana dalam meramu sebuah informasi yang akan dicerna oleh masyarakat.
Dukungan secara pribadi terhadap salah satu kandidat sah-sah saja, hanya saja dalam penyajian berita media massa secara umum haruslah mengedepankan netralitas dan tidak berpihak hanya pada satu calon saja.
Masyarakat dalam menyikapi pemberitaan jangan ikut-ikutan latah dalam menyebarkan informasi yang ditayangkan di berbagai media. Terkadang kita jadi ikut latah dalam hal ini. Itu sebabnya kita harus bijak dalam  memanfaatkan gawai terutama dalam update status dan menyebarkan informasi.
Sudah banyak contoh orang- orang yang terpaksa meringkuk di penjara karena latah menuliskan status, latah meneruskan berita hoax di akun media sosialnya. Masyarakat saat ini harus lebih bijak dan harus menjadi filter ketika menerima sebuah informasi dari sumber yang tidak jelas.
Masyarakat jangan menelan bulat-bulat informasi yang didapat dan langsung meneruskan ke orang lain. Lebih baik jadi penonton saja dan tidak berlaku sembrono ketika membaca sebuah berita provokatif. Tidak ikut-ikutan berkomentar yang akhirnya berujung kepada kesalahan fatal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H