Saat berkunjung ke Kota Padang dan menikmati beberapa objek wisata sampai ke Kota Bukittinggi ada banyak kuliner yang sudah kami cicipi. Semuanya enak dan pas dilidah, kalau yang sudah kerap menikmati masakan khas Padang pasti tak akan lupa dengan rendangnya.
Perjalanan dari Bukittinggi ke Kota Padang, hujan yang mengguyur sepanjang perjalanan membuat perut semakin cepat lapar. Siang hari, kami berkesempatan untuk menikmati keindahan alam disekitar Istana Baso Pagaruyung. Istana yang dibangun kembali sesuai dengan aslinya (replika) pasca terbakar beberapa tahun lalu membuat kami tidak konsentrasi untuk mengeksplor semua ruangan di istana ini, karena perut kami sudah keroncongan.
Karena tidak tahan lagi, kami segera beranjak ke salah satu restoran di Jalan Bukittinggi-Padang, tepatnya di Pondok Flora Restaurant. Bagi wisatawan yang pernah ke Sumatera Barat, mungkin sudah pernah singgah dan makan di restoran ini.
Karena kami adalah rombongan wisata yang jumlahnya sampai 30 orang, hidangan makan siang sudah disediakan di beberapa meja. Pilihan menu sudah disiapkan, antara lain pecal, gado-gado, ikan bakar, rendang, ayam gulai, rendang jengkol, dan lauk lainnya.
Saya memilih menu ayam gulai dan rendang jengkol. Rasanya enak sekali, apalagi saat kondisi perut lagi lapar. Sayurannya saya pilih makan gado-gado dan sedikit lalapan. Setelah perut terasa kenyang, kami beranjak perlahan dan melaju menuju Kota Padang.
Yang berbeda adalah es buah yang kami nikmati, potongan buah pepaya, sedikit agar-agar, potongan lengkong, buah kolang kaling, sedikit potongan buah nangka, santan yang sudah dicampur dengan gula. Yang membedakan es buah di pinggir jalan menuju Kota Padang ini adalah santan dan sedikit taburan rumput laut diatasnya.
Kalau menikmati es buah di Medan, tidak ada yang pakai santan. Yang pakai santan adalah es campur, es doger dan sop buah yang juga ada buahnya. Mungkin, penjual es buah di pinggir jalan kota Padang itu tidak terlalu memikirkan nama minuman yang dijualnya. Yang penting enak dan rasanya beda dengan yang lain.
Teman yang menikmati es buah disamping saya juga berkomentar bahwa es buah yang baru saja ia nikmati rasanya sangat beda dengan es buah yang diminumnya selama ini. Bukan namanya yang paling penting, tapi rasanya benar-benar beda dan membuat lidah ingin menikmatinya lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H