Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Konsistensi dalam Menulis

19 November 2018   06:05 Diperbarui: 19 November 2018   06:12 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan menulis dapat mengasah kemampuan kita dalam menghasilkan karya tulis yang baik - ilustrasi by James P Pardede

Penulis pernah menurunkan artikel dengan judul "Menulislah Sebelum Menulis itu Dilarang", artinya konsistenlah dalam menulis ketika sejak awal Anda memiliki kemampuan untuk menulis. Ibarat mengasah pisau tumpul, semakin sering diasah maka mata pisau tadi akan semakin tajam. Menulis juga seperti itu, semakin sering menulis maka akan semakin mudah dalam menuangkan kata-kata bermakna yang bisa memberikan sebuah inspirasi bagi pembacanya.

Ada ratusan buku panduan yang sudah terbit yang pada intinya menyampaikan bahwa semua orang bisa menulis, karena menulis bukanlah masalah bakat dan potensi bawaan lahir, melainkan masalah latihan, kebiasaan, konsistensi, dan intensitas menulis. Waktu penulis masih kuliah, menulis sudah menjadi sebuah kebiasaan dan selalu konsisten dalam menulis beberapa artikel dengan topik dan persoalan yang benar-benar dikuasai.

Waktu meja hijau, salah seorang dosen yang sudah menyandang gelar S-2 bertanya kepada penulis apakah bersedia untuk mengajarinya menulis ? Waktu itu, yang muncul dibenak penulis adalah apakah seorang dosen bergelar S-2 tidak bisa menulis ? Tak perlu heran kalau dalam kehidupan nyata sehari-hari, banyak kita temui dosen dan tokoh yang sangat lancar dalam memberikan masukan-masukan maupun kritikan dalam bentuk lisan. Ketika diminta untuk menuliskannya menjadi sebuah artikel, kata-kata yang mengalir seperti air tadi tiba-tiba macet dan tak pernah berjalan lancar.

Andaikan si dosen tadi mau belajar dan berlatih secara teratur, pasti akan bisa menghasilkan tulisan yang bagus. Padahal, seorang sarjana ketika akan menyelesaikan studinya dituntut untuk menulis sebuah skripsi atau tesis.

Banyak hal sebenarnya yang bisa kita lakukan jika ingin menulis, apakah itu menulis cerpen, puisi, biografi, resensi buku, opini atau artikel. Langkah pertamanya adalah, rajin membaca semua jenis buku dan tulisan, mulai dari surat kabar, majalah, internet, artikel, cerpen, dan sebagainya. Karena membaca adalah "guru terhebat" dalam menulis apa pun.

Langkah kedua adalah aktiflah mengikuti pelatihan-pelatihan menulis, training atau seminar jurnalistik yang diselenggarakan kampus, sekolah atau nara sumber lainnya. Setelah mengikuti berbagai pelatihan, pastilah semangat untuk menulis akan muncul dengan sendirinya. Ketika semangat dan keinginan menulis muncul, maka biasakanlah untuk konsisten dalam menulis. Minimal satu halaman setiap hari, bahkan bisa lebih.

Yang terpenting lagi adalah, jadikan menulis sebagai "hobby" yang sulit untuk ditinggalkan. Karena jika tak mencintai kegiatan menulis, pasti aktivitas ini menjenuhkan, selain memeras pikiran, waktu dan tenaga menulis juga harus memiliki perbendaharaan kata/kalimat yang mudah dicerna pembacanya. Menulis sebuah artikel, jika tidak mempunyai bahan atau acuan yang jelas pasti akan putus di tengah jalan.

Sepandai dan sehebat apa pun seseorang dalam berbicara, kalau tak pernah menuliskannya menjadi sebuah opini atau tulisan, pastilah akan mudah dilupakan oleh orang-orang yang mendengarnya. Penulis pemula pasti pernah mengalami kesulitan dalam menuntaskan sebuah tulisan. Tulisan yang dihasilkan mungkin tidak memberikan pemahaman bagi pembaca, imbasnya adalah tulisan tersebut akan sulit dimuat media massa, apalagi dijadikan buku.

Seperti disampaikan di awal tulisan ini, sebanyak apa pun gelar seseorang, jika tak pernah merangkai kata-kata menjadi sebuah tulisan rasanya kurang lengkap. Tapi yang pasti, memulai menulis dan hasil tulisannya berhasil dipublikasikan akan membuat kita ketagihan untuk menulis lagi dan menulis lagi. Seorang teman saya pernah berkata, memiliki jabatan hebat dan ucapannya dipatuhi oleh para bawahannya adalah sebuah prestasi yang membanggakan. Akan tetapi, akan lebih membanggakan lagi ketika kita sedang memiliki jabatan itu memiliki kebiasaan menulis dan menjadikannya sebuah buku, pastilah suatu saat nama kita akan dikenang.

Itulah sebabnya, menulis bukan masalah posisi dan gelar kesarjanaan yang disandang. Akan tetapi, menulis merupakan masalah daya pikir, keahlian dalam merangkai kata dan mengirimkannya ke media massa untuk diserahkan ke pembaca sekaligus memberikan penilaian. Jadi, menulis harus benar-benar aktif, produktif, dan kreatif dalam menggambarkan gagasan dan ide wacana lewat tulisan.

Materi pelatihan menulis
Materi pelatihan menulis
Menulis untuk Apa ?

Menulis itu ternyata bukan sekadar menulis dan mengirimkannya ke media massa atau menghimpunnya menjadi sebuah buku. Ketika kita memutuskan untuk aktif menulis, pasti ada alasan yang terucap mengapa harus menulis dan menulis untuk apa ? Karena, tanpa kita sadari menulis itu juga bisa menghasilkan uang. Menulis juga menjadi sebuah tugas sosial, menyampaikan kritik dan memberi solusi pada penguasa. Pesan moral yang disampaikan dalam sebuah tulisan harus menjadi landasan atau pondasi dasar dalam menulis.

Ketika seseorang memiliki keinginan untuk menulis dan berorientasi hanya pada uang belaka, pastilah kualitas tulisan yang dihasilkan tidak sehebat ketika seseorang murni menyampaikan kritik dan solusinya bagi sebuah lembaga, pemerintah atau tentang sebuah kebijakan. Hindari sikap yang hanya berorientasi pada uang semata, sudah banyak contoh di dunia tulis menulis ditemukan tulisan ganda, tulisan yang sama dengan penulis lain (plagiator). Kalau sudah begini, redaksi media yang menemukan tulisan ganda akan mem-blacklist penulisnya.

Di era teknologi yang semakin maju seperti sekarang ini, kita bisa dengan mudah mengakses informasi terkini tentang Maluku, tentang Papua atau tentang negara lain di luar negeri sana. Kita juga bisa mengakses beberapa media lokal yang terbit di daerah-daerah karena sudah terpublish di dunia maya dengan tampilan website-nya yang beragam. Itu sebabnya, ketika tulisan kita dimuat di media massa akan terpublish juga di internet.

Penulis yang mengirimkan satu tulisan ke berbagai media, berarti penulis tadi belum mengerti betul rambu-rambu kepenulisan. Biasanya, ada beberapa media yang membuat time line atau limit waktu bagi sebuah tulisan apakah akan dimuat atau tidak. Kalau kita merasa tulisan yang kita kirim tidak mungkin dimuat lagi, tak ada salahnya untuk melakukan konfirmasi atau mengirimkan surat kepada redaksi bahwa tulisan tersebut kita tarik dan kita kirim ke media lain.  

Ungkapan yang mengatakan penulis mengejar uang, harus kita ubah menjadi uanglah yang mengejar penulis. Karena pada hakikatnya, ketika seseorang menulis hal pertama yang diharapkannya adalah pesan yang ada dalam tulisannya sampai kepada masyarakat luas. Pesan yang disampaikan lewat tulisan yang dihasilkan seorang penulis memberikan edukasi positif pada masyarakat.

Seorang penulis akan lebih mudah dalam menuangkan tulisannya ketika seorang penulis mau memahami karakter tulisan dan belajar tentang bahasa jurnalistik. Artinya, bahasa tulisan yang baik adalah bahasa yang memberikan pemahaman kepada pembacanya. Bahasa yang mudah dicerna dan tidak menggurui pembacanya. Penulis juga harus jeli dan mau mempelajari garis-garis yang ada di beberapa media. Ketika akhirnya kita mengirimkan tulisan tersebut ke salah satu media tidak langsung dimasukkan ke tong sampah, tapi bisa dipertimbangkan untuk dimuat dan diterbitkan.

Mulailah menulis kata demi kata menjadi sebuah rangkaian kalimat sarat makna. Jika punya keinginan untuk menulis dan konsisten menjadi penulis, mulailah untuk membaca tulisan-tulisn di berbagai media massa. Tingkatkan terus kualitas diri dengan sering membaca. Selain membaca, cobalah bergabung dengan komunitas penulis atau berinteraksi dengan para penulis, lalu berdiskusilah dengan para penulis. Pasti dengan cara itu, kemampuan kita dalam menulis akan semakin terasah dan tulisan-tulisan yang kita hasilkan akan dinanti para pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun