Pendidikan di negeri ini seringkali disalah artikan oleh sekelompok orang yang mencoba mencari keuntungan dari dunia pendidikan. Ada banyak guru saat ini yang menjalankan tugasnya sebagai guru lebih mengedepankan komersialisasi daripada menjalankan tugas mulianya sebagai GURU.
Kalau kita mau jujur, di daerah pelosok dan daerah terpencil masih banyak anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan LAYAK. Mereka berjuang untuk ke sekolah tanpa alas kaki dan menyeberangi sungai dengan jembatan yang sudah tak layak untuk digunakan.
Pendidikan bukan untuk dikomersilkan, karena lewat pendidikan moral bangsa ini bisa diperbaiki di masa yang akan datang. Kita miris kalau melihat sikap oknum-oknum di negeri ini yang memanfaatkan situasi seperti sekarang untuk mendeskreditkan dunia pendidikan dengan berbagai macam opini.
Opini ini itu ada yang positif dan ada juga yang negatif. Miris juga kalau mendengar ada sekolah yang setiap hari anak-anak didiknya dibebani dengan biaya-biaya yang tak jelas. Guru saat ini sangat banyak yang menggelar les tambahan atau pendidikan tambahan di luar jam sekolah dengan tujuan agar mendapatkan uang tambahan. Terkadang, tanpa memikirkan bagaimana psikologi anak untuk menerima pelajaran-pelajaran yang disampaikan.
Kalau melihat secara langsung, sikap guru seperti ini seringkali mengedepankan cara yang salah. Mendidik siswa bukan lagi dengan cara kekerasan atau dengan cara-cara yang komersil. Tapi perlu penyaringan dan mengedepankan hati.
Pendidikan di negeri ini harus lebih maju dan benar-benar mengedepankan tujuan mulianya untuk menjadikan anak Indonesia yang jujur, cerdas dan bermartabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H