Mohon tunggu...
James Potter
James Potter Mohon Tunggu... Penulis - Melihat manusia sebagai manusia

Lahir di Tapanuli, masa-masa sekolah di Duri Riau. Hoby senang menulis. jamespakpahan.blogspot.com\r\n dan jamespakpahan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Kicauan Seekor Burung Tentang Air

27 Agustus 2014   20:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:22 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkenalkan,

Aku adalah seekor burung jantan yang terbang kian kemari diantara pepohonan rindang di pebukitan kaki gunung Salak, ini wilayah tempat aku bersarang, disini aku mencari makanan, makananku adalah kupu-kupu si penghisap sari manis bunga, kesukaanku menyantap si ulat daun yang rakus, tubuhnya gemuk segar dan juga berair, itu sangatlah nikmat.

Aku tahu setiap pohon memerlukan air untuk melezatkan daunnya bagi ulat, dan membutuhkan air untuk sari bunga yang manis bagi kupu-kupu. Aku juga tahu, air itu diperoleh pohon-pohon dari tanah yang dibasahi  curah hujan sepanjang musim, jikalau air tetap jernih itu pertanda ia bersih dan sehat, maka pepohonan akan menjadi sehat, kupu-kupu menjadi sehat, serta ulat daun menjadi sehat dan gemuk, nikmat untuk santapan anak-anakku. Anak-anak itu akan menjadi sehat dan kuat seperti ayahnya...

Bukan maksud  menyombongkan diri, aku dikenal sebagai "burung pengamat air dan pohon", sebagai pengamat aku selalu mendapat informasi terbaru akan air dan pohon dari seluruh penjuru Nusantara, ya aku selalu mendapat kicauan kabar burung. Informasi yang kuperoleh dari para burung yang sedang migrasi yang kebetulan lewat di gunung Salak, bahwa telah terjadi kerusakan hutan di wilayah Riau dan Kalimantan, pepohonan telah ditebang dengan cara membabi buta, untuk memperluas penanaman pohon Sawit, mengakibatkan kerusakan ekosistem yang parah, sehingga sering terjadi krisis air akibat kemarau yang panjang, itu karena akar serabut pohon Sawit tidak bisa menahan air. Para burung migrasi itupun bercerita tentang air danau Toba yang pernah tercemar oleh pakan ikan yang dipelihara di kerambah, serta sungai-sungai di Jakarta yang telah tercemar limbah pabrik dan juga oleh limbah rumah tangga. Ada lagi Pulau Seribu yang tercemar sampah plastik, katanya kiriman dari sungai-sungai di Jakarta.

Pemgamatanku yang lain, bila manusia merusak hutan tempat ku bermain, dengan cara menebangi pepohonan di bukit ini, aku akan terbang lebih jauh ke dalam hutan, kubangun kembali sarangku di antara semak belukar, tetapi manusia itu sendiri yang akan menderita karena longsor dan banjir, sebab air hujan yang turun di gunung akan mengalir lebih cepat menuju pemukiman penduduk di bawah sana...

Air sama seperti udara yang kuhirup     sangatlah berharga, bagiku air adalah pemberian surga yang sangat istimewa, air diutus dari langit, turun kebumi lalu merayap masuk ke dalam tanah, kemudian air berkumpul membentuk mata air yang jernih, untuk kebutuhan hidup semua  makhluk, sebelum air itu kembali ke langit, kembali kepada Pengutusnya.

Aku seekor burung yang mempunyai pemikiran aneh, dalam pikiranku bahwa setiap tetes air adalah satu dari jiwa burung suci yang telah mati. Dia selalu ada dan akan selalu ada, dia hanyalah berpindah-pindah tempat dipermukaan bumi, sebelum pada akhirnya ia akan kembali kepada Pemiliknya, di langit, dari sana ia akan menukik ke bumi, menemui mahluk bumi, dia menemui para pencintanya, yaitu mereka yang pernah merawat dan menjaganya.

Jikalau suatu saat jiwa itu tidak kembali berkunjung, bukanlah berarti dia telah tiada, dia hanya kecewa, mungkin karena pepohonan telah ditebang, belukar telah dibakar, sehingga tidak ada lagi akar tanaman sebagai temannya untuk bercengkrama mungkin sungai-sungai telah begitu tercemar sehingga kemurnian cintanya kepada makhluk menjadi ternodai. Sebab sungai, danau ataupun lautan adalah tempatnya bermain, dan juga sumur serta mata air di kaki gunung, seperti di kaki gunung Salak ini adalah istana singgasana baginya.

Aku begitu menyadari, jikalau suatu saat air tidak turun lagi ke bumi, maka kehidupan di bumi akan berakhir dengan kering kerontang dan segala yang bernafas akan mati karena kehausan yang tiada tara.

Selama aku hidup maka aku akan terus membutuhkan air, untuk menyegarkan kerongkonganku, untuk mencuci kakiku, serta untuk kenyamanan bulu dan sayapku. Aku akan terus menggunakannya, namun aku hanya meminjamnya dari alam, aku tidak bisa menahannya berlama-lama, aku akan segera melepaskannya...

Sebab ikan-ikan memintanya, hewan di padang memohonnya, tumbuhan menagihnya dan semua manusia yang waras selalu merindukannya.

Semua mahkluk bersuka cita karenanya, sampai suatu waktu panas matahari akan memberinya sepasang sayap untuk terbang menghadap Sang Pencipta , dipersiapkan pada misi suci berikutnya yakni menuju bumi. Ya tetap saja jiwa suci itu menuju bumi.

Jangan membuat jiwa suci itu marah, supaya banjir jangan melanda. Ketika air turun ke bumi, air akan mencari tempat perhentian sejenak untuk bercanda dengan akar pepohonan, atau tempat untuk berkumpul di kolam, ataupun di danau, namun bila air tidak menemukannya, air akan begitu kecewa, maka air pun berlari dengan cepat menju lautan lepas, air berlari tanpa letih, kencang menerjang, melululantakkan setiap tempat yang dilaluinya. Banjir pun melanda...

Air adalah sumpah kehidupan, bila aku menjaganya, maka air akan menjagaku. Bila aku merawatnya maka air akan merawatku. Bila aku mencemarkannya, maka air akan  meracuniku. Seperti minyak yang lengketkan kedua kakiku, seperti duri menusuk kerongkonganku, seperti api menyala hanguskan sayapku. Sebab air adalah sumpah kehidupan, apabila aku ingkar, maka aku akan mati dan punah.

Aku hanyalah seekor burung yang suka mengamati air dan pohon, karena dua hal itu sangat penting bagiku, aku hanyalah bisa berharap kepada makhluk yang bernama manusia supaya tidak merusak hutan dan tidak mencemari air, bagiku air adalah jiwa suci yang harus kuhormati, sebab air telah membahagiakan aku dengan kesegarannya. Aku harus menjaga dan merawatnya untuk anak dan cucuku nanti, seperti merawat dan menjaga sebuah arti persahabatan,  ketika itulah keharmonisan tetap tercipta, sebab dengan tersedianya cadangan air yang berlimpah maka semua mahkluk yang ada di Indonesia dan di dunia ini akan menikmati hidup yang lebih baik, karena cadangan air sehat yang selalu tersedia dengan limpah sepanjang masa. Air adalah kehidupan. ( Ah, sok tau aku, maaf aku ini hanya seekor burung yang suka berkicau...)

Cibinong, 08 Agustus 2014

James Pakpahan

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun