Sekarang koperasi ada di Playstore, meskipun belum terlalu lama
Layaknya m-Banking, penyetoran simpanan Anggota dan pembayaran pinjaman oleh Anggota Koperasi Digital, dilakukan secara non tunai (e-money, transfer bank, Â QRIS dll) kapan dan di mana saja !
COBA periksa smartphone anda, apakah sudah ada aplikasi m-koperasi (mobile koperasi) ? Mungkin m-banking dan m-transportasi online (gojek, Grab) dan marketplace (Tokopedia, Shopee) Â sudah tersedia.
Nah, Koperasi Anda sudah digital, Anggota bisa download lewat Playstore dan IoS, keren sekali. Pertanyaannya, sudah berapa banyak Anggota yang menggunakan aplikasi. Apakah terlah terbangun rasa memiliki (sense of belonging) anggota koperasi? Dari beberapa sample Koperasi digital menunjukkan bahwa ternyata Anggota yang menggunakan aplikasi masih 10 %. Contoh sebuah koperasi yang anggotanya mencapai 50.000 orang, Â yang menggunakan aplikasi ada 5.000 atau 10 %, tentu masih jauh dari harapan. Namun jika dikampanyekan melalui berbagai event, jumlah tersebut tentu akan terus meningkat. Mengapa hal tersebut terjadi, antara lain :
- Pengurus telah  berupaya mendorong Anggota namun belum direspon baik oleh Anggota
- Anggota merasa belum butuh karena belum ada kewajiban dan belum tahu manfaatnya
- Anggota Koperasi masih dikuasai oleh orang tua yg masih senang dengan cara-cara konvensional
- Jumlah Anggota koperasi dari kalangan milenial masih sangat sedikit
- Pengguna smartphone Anggota mungkin masih terbatas
Ternyata ada juga anggapan Pengurus bahwa dengan digitalisasi menyebabkan biaya sewa (manage services) membengkak karena Koperasi menanggung biaya sewa bulanan. Padahal sebetulnya, jika semua Anggota aktif bertransaksi menggunakan aplikasi dampaknya adalah  sbb :
SDM/Tenaga operator atau Admin di kantor bisa berkurang, misalnya dari 4 orang menjad 2 orang. Kelebihan SDM tsb dapat dimanfaatkan untuk mendorong digitalisasi dengan mendatangi /menghubungi Anggota Koperasi yang belum menggunakan aplikasi
Koperasi memperoleh fee (antara Rp 500 -- Rp 2.000/transaksi) yang mampu menutupi biaya sewa aplkikasi jika seluruh Anggota aktif bertransaksi menggunakan aplikasi. Misalnya jika semua Anggota membeli pulsa atau token Listrik, maka 60.000 x Rp 1.000 = Rp 6.000.000, menutup biaya sewa katakana Rp 3.000.000 per bulan. Itu baru dari token listrik. Bagaimana jika semua anggota bertransaksi PPOB di aplikasi? Tentu hasilnya akan luar biasa.
Bagaimananpun dengan digitalisasi Koperasi Pengurus sudah maju selangkah, sudah mampu mengikuti perkembangan jaman dan memahami perilaku Anggota, meskipun dibutuhkan waktu dan kesabaran
M-BANKING vs M-KOPERASI
Perbankan juga mengalami masa-masa sulit ketika pertama kali memperkenalkan mobile banking kepada Nasabahnya dengan melakukan berbagai upaya agar Nasabah menggunakan smartphonenya untuk transaksi. Lalu datanglah aplikasi m-transportasi online (Gojek, Grab) maupun e-commerce (Tokopedia, Shopee) yang terbantu dengan mulai banyaknya pengguna m-banking. Demikian halnya Pengurus Koperasi seharusnya optimis dengan m-koperasi. Jika Anggota Koperasi telah memiliki m-Banking atau m-transportasi , seharusnya lebih mudah meyakinkan untuk menggunakan m-koperasi. Kampanyekan bahwa M-Banking atau m-transportasi pemilik perusahaan bukanlah pengguna/user, sedangkan m-koperasi pemiliknya adalah anggota Koperasi. Bertransaksi di m-koperasi akan membesarkan koperasi. Jadi sangat penting dibangun  rasa memiliki (sense of belonging) dulu, melalui berbagai cara seperti contoh penggunaan oleh seluruh Pengurus/Pengawas maupun pemberian reward.