Mohon tunggu...
James Natbais
James Natbais Mohon Tunggu... -

Penyuka fotografi jalanan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Observatorium Gunung Timau dan Indahnya Alam Amfoang

20 November 2017   10:33 Diperbarui: 20 November 2017   10:45 2019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1 November 2017. Hamparan  rumput hijau di kompleks Kecamatan Amfoang Tengah pagi itu terlihat amat berkilau. Mereka menyaksikan kami yang tengah menyiapkan segala perlengkapan menuju ke lokasi pembangunan Observatorium Nasional Timau, dilereng Gunung Timau 1300 mdpl. Pukul 6.32 WITA kami berangkat. 3 mobil strada, 1 truk yang mengangkut pal-pal batas itu, dan beberapa motor yang mengiringi dari belakang. Jalanan masih lembab, sebagian lagi masih becek sisa hujan kemarin. Tentu akan memperlambat perjalanan ini. 

Maklumlah, sebagian besar jalan di daerah Amfoang (salah satu darah di Kabupaten Kupang Prov NTT) lebih didominasi jalanan tanah yang tak pernah tersentuh aspal. Tergolong daerah terpencil terisolasi di negara yang telah merdeka 72 tahun lalu ini. Tetapi daerah ini terlalu indah jika hanya dilewatkan begitu saja tanpa ada kolaborasi antara mata hati serta pikiran. Hawa udaranya sangat alami, menyejukkan. Hamparan padang rumput hijau diselingi beberapa pohon kayu putih (melaleuca leucadendra) amat elok dimata. Lebatnya hutan ampupu (eucalyptus urophylla) dan pinus begitu menentramkan hati dan pikiran jika diselingi angin yang berhembus juga nyanyian burung-burung yang nyaring dan panjang. Ingin saya berlama-lama ditempat ini.

Usai melakukan proses perijinan dengan Kementrian Kehutanan oleh pihak LAPAN, beberapa hektar lahan di kawasan hutan lindung Gunung Timau berubah status menjadi "Pinjam Pakai". Secara resmi pagi itu adalah pertama kalinya pihak LAPAN memulai pembangunan di kawasan tersebut. Dimulai dengan penanaman pal-pal batas mengelilingi area "Pinjam Pakai". Menggandeng beberapa petugas dari Kementrian Kehutanan pusat, pal-pal batas itu ditanam sesuai koordinat yang telah disepakati. Petugas amat sangat teliti melakukan proses maping dengan GPS Maping. Tak boleh sejengkalpun melangkahi titik yang disepakati. Ada 80 pal batas yang telah disiapkan. Dengan bantuan tenaga warga sekitar kampung, pal batas diangkut dari pinggir jalan menuju titik-titik yang telah dimaping. Butuh tenaga serta perhatian ekstra agar tidak tergelincir dijalan yang berumput licin dengan jalan bergelombang dan menukik. Orang kampung sekitar lokasi terlihat begitu antusias. Mereka tahu, mereka sadar inilah permulaan perubahan tanah air mereka.

Amfoang, beginilah tentangmu yang pernah saya dengar, "Perlu berpikir seribu kali jika seseorang harus menginjakkan kakinya di bumi Amfoang". Amfoang memang tak seperti daerah-daerah lain di daratan Timor. Perubahan tak kasat mata jelas terlihat disini. Tapi paras indahnya alam Amfoang punya pesonanya sendiri. Hanya butuh waktu, ia bisa menarik perubahan itu datang dengan sendirinya. Tanpa perlu mengemis pada penguasa yang seolah terus tutup mata tutup telinga.

Dari kaki Gunung Timau segala harapan masyarakat Amfoang ditentukan. Tentu perubahan kearah yang lebih baiklah yang selalu dinantikan. Gunung Timau, mungkin sudah waktunya ia bersinar. Ini akan menjadi bukti bahwa ia bukan sekedar berdiri kokoh tanpa tujuan di bumi Amfoang. Kelak, lewat dialah masyarakat Amfoang dapat mencicipi rasanya jadi bangsa yang merdeka. Inilah harapan besar saya!

dok.pribadi
dok.pribadi

dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi

dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi
dok.pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun