Mohon tunggu...
James Luhulima
James Luhulima Mohon Tunggu... -

James, yang akrab disapa JL, aslinya adalah wartawan politik dan luar negeri, tetapi akhir-akhir ini lebih dikenal sebagai wartawan dan penulis otomotif. Maklum sejak tahun 1999, ia diberi tugas mengasuh rubrik otomotif setiap hari Jumat di harian Kompas dan liputan khusus yang hadir dua bulan sekali.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

General Motors di Ujung Tanduk

5 April 2009   15:59 Diperbarui: 4 April 2017   18:06 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika menurunkan tulisan yang berjudul Membayangkan Dunia Tanpa General Motors di harian Kompas, 26 November 2008, saya optimis bahwa General Motors akan bertahan. Tulisan itu merupakan reaksi saya terhadap berita utama di harian Kompas tiga hari sebelumnya, yang berjudul GM Berniat Bangkrut.

Judul yang disebut terakhir itu memang sangat mengejutkan. Siapa yang pernah membayangkan GM, singkatan dari General Motors, perusahaan pembuat mobil yang terbesar di dunia, yang 16 September 2008 baru merayakan usianya yang ke-100, berniat menyatakan diri bangkrut. Kalau sampai GM bangkrut, ada 226.000 pekerja di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan dan 139.000 pekerja di antaranya berada di Amerika Serikat. Pada saat ini, GM menaungi 13 merek mobil, yakni Chevrolet, Pontiac, Saturn, Buick, Cadillac, Hummer, Saab, GMC, GM Daewoo, Holden, Opel, Vauxhal, dan Wuling, serta memiliki 160 pabrik di dunia. Pertengahan November 2008, diberitakan bahwa tiga perusahaan pembuat mobil terbesar di AS, yakni General Motors, Ford, dan Chrysler, memerlukan dana talangan sebesar 25 miliar dollar AS untuk menyehatkan kembali keuangan mereka akibat deraan krisis keuangan yang melanda AS. Namun, permintaan dana talangan sebesar 25 miliar dollar AS itu terhambat karena mendapatkan tentangan keras dari Kongres AS. Akan tetapi, banyak kalangan yang percaya bahwa Pemerintah AS pada akhirnya akan bersedia membantu ketiga perusahaan pembuat mobil itu untuk mengatasi kesulitan keuangan yang dihadapi. Karena, bagaimanapun, GM, Ford, dan Chrysler itu sudah menjadi simbol kebesaran AS dalam industri otomotif di dunia. Itu sebabnya, ketika muncul berita bahwa GM "Berniat" Bangkrut, banyak orang yang terkejut. Banyak yang tidak percaya bahwa Pemerintah AS membiarkan GM bangkrut mengingat GM dan Ford merupakan dua perusahaan mobil pertama di negara itu, yang usianya sudah lebih dari 100 tahun. Dan, memang benar akhirnya Pemerintah AS, dalam hal ini Presiden George W Bush, 19 Desember 2008, menyetujui pemberian dana talangan sebesar 17,4 miliar dollar AS untuk membantu ketiga raksasa otomotif AS.

Dalam percakapan dengan wartawan, 5 Januari 2009 malam, di Jakarta, D Nick Reilly, Group Vice President/President General Motors Asia Pacific, mengatakan, GM memang menghadapi masalah yang besar dengan terjadinya krisis keuangan yang melanda Amerika Serikat, tetapi itu tidak berarti bahwa GM akan bangkrut. Ia menegaskan, dengan turunnya dana talangan bagian pertama, sebesar 4 miliar dollar AS dari 17,4 miliar dollar AS pada tanggal 31 Desember lalu, persoalan itu dapat diatasi. Namun, ternyata Nick Reilly keliru, persoalan yang dihadapi GM dan Chrysler lebih hebat dari yang diperkirakan. Mengingat dana talangan sebesar 17,4 miliar dollar AS yang diterima oleh GM dan Chrysler itu tidak cukup. GM mengatakan, masih membutuhkan dana 16,7 miliar dollar AS, sedangkan Chrysler memerlukan 5 miliar dollar AS lagi.

Persoalannya menjadi rumit karena Presiden Barack Obama menolak permintaan GM dan Chrysler untuk memberikan tambahan dana. Bukan itu saja, Gedung Putih juga meminta Chief Executive Officer (CEO) GM Rick Wagoner untuk mengundurkan diri. Rick Wagoner yang telah bekerja di GM selama 30 tahun itu digantikan oleh Fritz Herderson, yang saat ini menduduki Presiden dan Chief Operating Officer (COO) GM. Presiden Obama tengah mempersiapkan langkah penyelamatan bagi GM dan Chrysler. Sementara itu, Obama mengatakan, hanya akan memberi bantuan keuangan untuk mendanai operasional GM selama 60 hari ke depan, dan meminta GM mengajukan kembali rencana restrukturisasi yang lebih rinci. Sedangkan, Chrysler dianggap tidak dapat bertahan. Oleh karena itu, Chrysler diminta melakukan merger dengan Fiat, Italia, jika ingin survive, dan mengatakan, pemerintah hanya akan menyediakan modal kerja untuk 30 hari. Rick Wagoner telah berjanji akan seperlima dari tenaga kerja GM, atau 47.000 orang, dan menutup 47 pabrik. Namun, dengan menekan Wagoner untuk mundur, berarti Presiden Obama menganggap semua langkah Wagoner itu belum cukup. Baik GM maupun Chrysler memerlukan suatu awal yang baru, dan cara terbaik untuk melakukan itu adalah dengan menggunakan segera undang-undang bangkrut dan menjalani pengobatan. Dan, seandainya cara itu yang ditempuh, maka dapat diperkirakan GM yang baru tidaklah segemuk seperti sekarang. Namun, lebih langsing, lebih kecil, dan lebih kompetitif. Kehilangan besar Tidak adanya lagi GM dan Chrysler akan dirasakan dunia sebagai kehilangan yang besar, demikian juga dengan Indonesia. Persoalannya, mobil-mobil seperti Cadillac dan Buick sudah hadir di Indonesia jauh sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Tepatnya, pada saat Indonesia masih berada dibawah pendudukan Belanda dan bernama Hindia Belanda (Nederlands Indie). Sejak tahun 1906, Cadillac sudah hadir di Yogyakarta. Bahkan, ketika para pembesar Hindia Belanda yang tergabung dalam Soerabajasche Motor Club (Klub Motor Surabaya) berpose beramai-ramai dengan mobil mereka dalam perjalanan menuju ke pemandian Banyu Biru, 24 Februari 1907, Cadillac merupakan salah satu di antaranya. Ford model T pun mulai hadir sejak tahun 1912, sementara Chevrolet mulai hadir tahun 1928. Bahkan, kendaraan resmi kepresidenan Indonesia yang pertama adalah Buick Eight. Pada tahun 1945, Presiden Soekarno mendapatkan mobil buatan tahun 1939 itu dari seorang pengusaha dan ia menjadikannya sebagai mobil dinas presiden. Selain mobil Buick Eight itu, di Istana Kepresidenan kemudian juga terdapat mobil DeSoto (1947) cabriolet, Cadillac (1947) cabriolet, Lincoln (1952) cabriolet, Chrysler Crown Imperial (1957), dan Mercedes Benz 600. Pada masa Orde Baru (1967-1998), kehadiran mobil- mobil keluaran AS secara perlahan digantikan oleh mobil-mobil keluaran Jepang. Pada masa itu, walaupun mobil-mobil keluaran AS masih ada, jumlahnya sudah sangat minim. Pada masa reformasi, secara perlahan-lahan mobil-mobil keluaran AS, seperti Ford dan Chevrolet, mulai hadir kembali. Kendati jumlahnya masih kecil apabila dibandingkan dengan mobil-mobil keluaran Jepang, seperti Toyota, Honda, Mitsubishi, dan Suzuki, tetapi jumlah itu sudah lumayan banyak. Simak saja ada Ford Focus, Ford Escape, Ford Everest, dan Ford Ranger, serta Chevrolet Spark, Chevrolet Captiva, Chevrolet Estate, Chevrolet Kalos, dan Chevrolet New Aveo. Entah apa yang akan terjadi dengan kelanjutan mobil-mobil GM dan Chrysler di Indonesia jika kedua perusahaan itu dibangkrutkan.(JL)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun