Pepatah Perancis, l’histoire se répète, yang berarti sejarah akan berulang, kembali membuktikan kebenarannya dalam pemilihan presiden di Indonesia. Jika pada Pemilihan Presiden 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri ditantang oleh eks anggota kabinetnya sendiri, dalam hal ini Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono, kini dalam Pemilihan Presiden 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga ditantang oleh eks anggota kabinetnya sendiri, Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.
Dalam Pemilihan Presiden 2009 ini ada tiga calon presiden yang bersaing, yakni Megawati Soekarnoputri, Muhammad Jusuf Kalla, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Sampai dua pekan menjelang dilaksanakannya pemilihan presiden tersebut, jajak pendapat yang diselenggarakan berbagai institusi menyebutkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono masih menjadi calon presiden yang paling difavoritkan akan keluar sebagai pemenang. Bahkan, diperkirakan kemenangannya akan diperoleh dalam satu putaran. Pertanyaannya, apakah dalam kenyataan keadaannya akan seperti itu?
Untuk menjawab pertanyaan itu tentunya tidak mudah. Yang dapat dilakukan hanyalah berandai-andai. Jika pada Pemilihan Presiden 2004, yang keluar sebagai pemenang adalah eks anggota kabinet yang menantang, maka pertanyaannya adalah apakah pada Pemilihan Presiden 2009 keadaan tersebut akan berulang. Apalagi, dalam Pemilihan Presiden 2009, satu-satunya calon presiden yang belum pernah menjadi presiden adalah Muhammad Jusuf Kalla.
Bagi Muhammad Jusuf Kalla, menjadi presiden adalah peningkatan jenjang karier, mengingat dari 2004-2009, ia sudah menjadi wakil presiden. ”Setelah menjadi wakil presiden selama lima tahun, kini adalah kesempatan bagi saya untuk meningkatkan jenjang karier menjadi presiden,” ujarnya dalam suatu kesempatan.
Susilo Bambang Yudhoyono tentunya berpendapat lain. Sebagai presiden dari 2004-2009, ia merasa masih ada hal-hal yang belum diselesaikan sehingga ia berupaya untuk dapat terpilih kembali sebagai presiden dalam Pemilihan Presiden 2009.
Dan, kemenangan yang diperoleh Partai Demokrat, yang dipersonifikasikan dengan dirinya, dalam Pemilihan Umum Legislatif 2009, menjadikan Susilo Bambang Yudhoyono menghadapi Pemilihan Umum 2009 dengan percaya diri yang tinggi. Ia, bahkan, juga diuntungkan oleh kedudukannya sebagai presiden. Bukan itu saja, ia pun sangat pandai memainkan kartunya sebagai presiden, di mana ia dengan leluasa mengklaim pencapaian dan keberhasilan pemerintah sebagai pencapaiannya pribadi. Sesuatu yang kurang dimanfaatkan Megawati Soekarnoputri sewaktu menduduki jabatan presiden lima tahun yang lalu.
Namun, pertanyaannya, apakah rakyat bersedia memberikan mayoritas suaranya kepada Susilo Bambang Yudhoyono kembali, setelah memilih Partai Demokrat pada pemilihan umum legislatif lalu?
Muhammad Jusuf Kalla mengklaim beberapa keberhasilan pemerintah sebagai keberhasilannya. Persoalannya, dapatkah ia dalam waktu yang tinggal dua pekan ini menggalang kepercayaan rakyat kepada dirinya bahwa ia mampu menyelesaikan persoalan-persoalan besar yang dihadapi bangsa.
Dari berbagai jajak pendapat Megawati Soekarnoputri mengumpulkan suara yang paling sedikit. Banyak yang meragukan ia dapat keluar sebagai pemenang, walaupun ia memanggul panji nasionalisme. Keraguan terhadap Megawati itu muncul, mengingat dalam Pemilihan Presiden 2004 saja, sewaktu ia masih menduduki jabatan sebagai Presiden, ia tidak dapat mempertahankan jabatannya. Apalagi kini, empat tahun setelah ia meninggalkan jabatan itu.
Faktor Prabowo Subianto, sebagai calon wakil presiden yang mendampingi Megawati mungkin dapat membantu memperbesar raihan suara, tetapi persoalannya apakah raihan itu cukup untuk membuat Megawati menjadi pemenang dalam Pemilihan Presiden 2009. (JL)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H