Mohon tunggu...
Audi Bahrin
Audi Bahrin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa hukum semester 3 UNWIKU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Samsul

23 November 2023   12:59 Diperbarui: 23 November 2023   13:20 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu pagi yang cerah,nyanyian burung dan belaian angin pagi menemani langkah kaki telanjang seorang bocah.Lambaian pohon besarpun mengiringi langkah kaki kecil menjamah tanah.Samsul,bocah kelas 5 SD yang sehari hari menghabiskan waktu bermainya seperti Tarzan,kedua orang tuanya hanyalah seorang petani kopi yang memiliki lahan tak seberapa.Setiap pagi ketika tak libur sekolah,ia diantar ayahnya menuju kesekolah sebelum ayahnya pergi berkebun.Namun berbeda cerita ketika libur telah tiba,ia akan berlari menuju kedalam hutan tanpa khawatir akan bahaya yang datang.Karena memang,bahkan ketika ia dalam kandungan ibunya ia sudah diajak orang tuanya untuk keluar masuk kedalam hutan.Setiap pulang sekolah ia akan langsung menuju rumah untuk mengganti seragam sekolahnya kemudian makan.Setelah makan,ia akan menuju sebuah pondok didalam hutan yang tak terlalu jauh dari dalam rumahnya,untuk menyusul ayahnya yang sedang berkebun,atau hanya sekedar bermain mengelilingi kebun dan hutan.Satu waktu ketika di kebun Samsul bertanya kepada ayahnya
"Yah,dulu kakek berkebun juga?"
"Iya Sul,kebun milik kita sekarang dulu milik kakekmu Sul,ayah juga sering diajak ke kebun
 Seperti kamu ini sul." Jawab ayahnya sambil terus menyiangi gulma yang dapat mengganggu
 pertumbuhan pohon kopi.
"Oh begitu yah,terus kenapa kebun kita kecil yah?"
Ayah Samsul terdiam sejenak kemudian menarik nafas panjang,ia lalu tersenyum dan mengusap kepala samsul.
"Sul,kalau kita bikin kebun yang besar,nanti kita merusak tumbuhan hutan disekitar kebun,
Memangnya kamu mau,setiap pagi tidak bisa mendengar suara burung lagi?"
"Samsul ngga mau yah,nanti kalo samsul ke hutan jadi sepi"

Ayah Samsul hanya menjawab dengan senyuman,kemudian melanjutkan pekerjaan dikebun.Ketika hari sudah mulai gelap,ayah mengajak Samsul untuk kembali kerumah dengan mengendarai motor yang ayahnya bawa.Ketika sampai dirumah,mereka berdua bergantian untuk membersihkan diri dari kotoran yang terbawa dari kebun,kemudian bersiap untuk menikmati makan malam yang telah disediakan ibunya.

Setelah selesai makan,samsul menuju kamar dengan didampingi ibunya untuk belajar dan mengerjakan PR.Sedangkan ayahnya pergi menuju teras rumah,dengan secangkir teh panas,dan sebatang rokok untuk menemani sepinya malam.

Ayah Samsul melamun,isi pikiranya ramai,ia jadi teringat cerita masa lalu karena pertanyaan Samsul di kebun.Ya,ada hal yang tidak ayahnya beritahukan kepada Samsul ketika dikebun.Alasan sebenarnya kenapa mereka hanya memiliki kebun kecil.Sebenarnya,ayah Samsul berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi yang baik.Ayah samsul sempat menikmati masa kejayaan orang tuanya yang menjadi petani kopi yang cukup sukses.Itu terjadi ketika ayah samsul masih muda.

Ayah samsul merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.Masa kejayaan kakek Samsul terhenti ketika adik ayahnya pergi melanjutkan sekolahnya ke kota.Ternyata,ketika paman samsul pergi bersekolah di kota,ia mengalami banyak permasalahan akibat pergaulanya dikota.Padahal,kakek samsul mampu membiayai kedua anaknya melanjutkan sekolah,tetapi ayah Samsul memilih untuk tidak melanjutkan pendidikanya ke perguaruan tinggi karena ia ingin melanjutkan pekerjaan sebagai petani kopi.

Hingga satu waktu paman Samsul terkena kasus yang cukup pelik,dimana dikatakan ia sudah menipu beberapa orang,untuk memenuhi sifatnya yang suka foya foya.Karena adanya hal tersebut,kakek Samsul terpaksa menjul semua kebun miliknya untuk menebus,ganti rugi agar hukuman yang diterima pamanya lebih ringan.Samsul tidak pernah mengetahui cerita tentang bagaimana kehidupan ayahnya dimasalalu,tentang kejayaan kakeknya sebagai petani kopi,yang ia tau hanyalah pekerjaan menjadi petani sudah menjadi pekerjaan turun temurun keluarganya.

Ada rasa penyesalan yang dirasakan ayah Samsul karena ia tak melanjutkan pendidikanya dan memilih untuk tetap tinggal di desa.Ketika keluarganya mengalami kebangkrutan,ayah Samsul bekerja serabutan,namun ia merasa ada yang salah ketika menjadi pekerja serabutan.

Hingga akhirnya ia menjual rumah peninggalan orang tuanya utnuk membeli sebuah kebun baru yang bisa ia kelola.

Ketika ia sudah membeli kebun baru,ia bisa melanjutkan pekerjaan yang diinginkanya ,menjadi petani kopi,hingga akhirnya bertemu dengan wanita yang menjadi istrinya,ibu si Samsul.Beberapa tahun menjadi petani kopi,sebenarnya ayah Samsul bisa memperluas lahan kopinya,hanya sajaia memilih tidak menjadikan lahannya begitu luas,karena ia berfikir akan merepotkan dirinya sendiri,dan ia juga berfikir bahwa hal itu dapat merusak keseimbangan ekosistem hutan yang ada.

Rasa penyesalan yang ayah Samsul rasakan sekarang sudah tidak berarti apa apa,nasi sudah menjadi bubur.Disela sela lamunannya,ia menemukan sebuah jawaban,yang terpenting sekarang adalah,keluarganya masih bisa mendapat kehidupan yang layak,Samsul pun bisa bersekolah.Ia berfikir untuk terus mengumpulkan uang agar Samsul dapat mendapatkan pendidikan yang layak,dan tidak mengalami penyesalan seperti yang ia rasakan saat ini.

Tanpa disadari ternyata waktu sudah cukup malam,ia akhirnya masuk kedalam untuk istirahat,sebelum ia istirahat,ia menuju kamar Samsul.Ia memandangi kamar Samsul,kemudian mengusap kepalanya.Sesaat setelah mengusap kepala Samsul,ia menyelimutinya kemudian meninggalkan Samsul dikamar dan menuju kamarnya untuk tidur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun