Mohon tunggu...
Jamesallan Rarung
Jamesallan Rarung Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Kampung dan Anak Kampung

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Magister Manajemen Sumber Daya Manusia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengelola Otak dan Emosi Bayi di Dalam Kandungan

4 Agustus 2014   05:40 Diperbarui: 9 Agustus 2015   12:00 1909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi/Kompasiana (kompas.com/shutterstock)

 

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="ilustrasi/Kompasiana (kompas.com/shutterstock)"][/caption]

Pada umumnya pembentukan dan pertumbuhan sel otak bayi, sebagian besar terjadi pada dua trimester awal kehidupannya di dalam kandungan. Akibat dari pertumbuhan cepat yang terjadi pada bayi di bulan-bulan awal kehamilan tersebut, maka hal ini  akan menyebabkan pada akhir trimester kedua yaitu saat usia kehamilan memasuki akhir minggu ke-26, bayi sudah memiliki sekitar 150 milyar sel otak.

Banyak orang tua yang belum mengetahui dan menyadari, bahwa sesungguhnya seorang bayi di dalam kandungan yang berusia 3 bulan sudah mulai mempunyai perasaan. Ya, perasaan dimana dia sudah mengetahui bagaimana rasanya senang, sedih dan takut. Kemudian pada saat bayi tersebut berusia 4 bulan dalam kandungan, dia sudah mulai belajar mendengarkan suara dari luar, bahkan dia lama kelamaan akan dapat membedakan mana suara ibunya, ayahnya, orang dekatnya maupun orang yang asing dan juga suara dari benda dan aktifitas atau peristiwa yang terjadi di luar rahim. Suara dari luar ini akan terus merangsang organ indera bayi tersebut di dalam kandungan sekaligus juga akan mendorong pertumbuhannya dan terbukti bahwa hal ini mempunyai peran yang sangat penting juga bagi pertumbuhan intelegensia sang bayi tersebut. Hal ini jugalah yang kemudian mendasari teknik bagaimana merangsang otak dan intelegensia sang bayi melalui cara memperdengarkan bayi tersebut dengan musik-musik klasik.

Pada dasarnya cortex cerebral (bagian dari otak yang sangat penting dalam proses untuk mengingat, memperhatikan, menyadari, berpikir, mengerti bahasa dan lain sebagainya) bayi dalam kandungan sudah terbentuk pada usia kehamilan 5-6 bulan. Nah, apabila pada masa ini diperdengarkan musik ataupun dilakukan pemijatan lembut pada bagian perut ibu, maka hal ini akan dapat membantu dalam proses peningkatkan pertumbuhan intelegensia sang anak. Jadi, pada saat kandungan itu telah berusia lima bulan (setara dengan 20 minggu kehamilan), kemampuan bayi di dalam kandungan untuk merasakan stimulus, telah berkembang dengan cukup baik sehingga proses pendidikan dan belajar di saat bayi masih berada di dalam kandungan dapat dimulai atau dilakukan.

Adapun emosi dari seorang ibu yang sementara mengandung, akan sangat dipengaruhi dan dapat tercipta melalui cara ia merasakan kehamilannya, bagaimana menyusun rencana memandikan bayi, mendekorasi atau mengatur kamar dan tempat tidur bayi, suasana perkawinan yang langgeng saat kehamilannya, pekerjaannya, kesehatan atau apa pun yang dipikirkan dan dikerjakan seorang ibu atau calon ibu. Pemikiran dari seorang wanita hamil merupakan hal utama yang menjadi awal dari munculnya emosi yang sangat berkaitan erat dengan kehamilannya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi seorang ibu hamil untuk selalu berpikir positif dan selalu berusaha menyeimbangkan pikirannya dengan hal-hal yang baik.

Emosi adalah titik awal dari bereaksinya hormon terhadap sel saraf yang akan disalurkan kepada bayinya. Saat seorang ibu hamil merasakan kegelisahan, tertekan atau ketakutan, hormon stres dengan sendirinya akan mengalir melalui aliran darah dan mengenai plasenta sang bayi dan kemudian diteruskan kepada bayinya. Adapun pemikiran negatif seringkali merupakan akar penyebab dari rangkaian reaksi stres yang dipicu oleh karena adanya perasaan takut. Ketika mengalir ke dalam plasenta, hormon dari ibu yang mengalami stres kronis ini akan mengacaukan distribusi aliran darah pada janin, sehingga dapat mengakibatkan perubahan karakteristik psikologi termasuk emosi sang bayi. Stres bisa mengaktifkan sistem kelenjar endokrin dari tubuh sang jabang bayi ini dan tentu saja akan mempengaruhi perkembangan otaknya. Seorang anak yang terlahir dari rahim seorang ibu yang selalu mengalami stres berlebihan semasa kehamilannya, sangat mungkin akan memiliki kelainan perilaku dalam kehidupannya kelak setelah dewasa nanti.

Ibu hamil yang mengalami stres yang ekstrim dan tak berkesudahan punya kecenderungan memiliki bayi yang prematur, memiliki berat badan di bawah rata-rata, hiperaktif, mudah marah dan kolik pada perutnya. Sedangkan pada ibu yang dapat mengontrol emosinya, dengan berpikir yang positif dan tenang akan terjadi hal yang sebaliknya, yaitu akan menyebabkan kemajuan bagi kesehatan dan pertumbuhan si jabang bayi. Jika sang ibu juga selalu memikirkan hal-hal yang menyenangkan, maka perasaan tersebut akan disalurkan dan masuk ke dalam otak sang bayi, dengan demikian akan mampu menghasilkan keseimbangan, kebahagiaan, dan watak yang tenang sepanjang kehidupan si anak kelak.

Pada saat Ibu merasakan kegembiraan, tubuhnya akan memproduksi zat kimia alami, seperti endorfin dan ensefalin. Keduanya merupakan neuropeptida yang bersifat sebagai zat penenang yang merupakan agen penghilang rasa sakit yang secara alami dihasilkan oleh tubuh, dengan demikian akan memberikan efek yang meredakan ketegangan otot dan menenangkan sistem saraf simpatetik, sehingga otomatis juga akan membantu mengendalikan rasa sakit serta dapat meningkatkan sirkulasi darah dari ibu ke bayinya. Pada saat Ibu merasakan ketenangan dan kedamaian, tubuhnya akan menghasilkan reaksi kimia yang serupa dengan resep obat penenang tersebut. Tanpa stres, sistem saraf yang dapat mengakibatkan kejang pada bayi serta kontraksi pada rahim ibu akan bekerja dengan sangat pelan, sehingga pertumbuhannya akan stabil. Dengan demikian, dia akan bertumbuh dengan baik dan cerdas. Ketika Ibunya tenang dan terfokus, bayinya juga akan tumbuh dan berkembang dalam keadaan penuh damai.

Semoga para calon ibu maupun ibu yang masih akan mengandung, dapat mempunyai pengetahuan yang bertambah dengan membaca uraian singkat ini. Begitu pula akan memiliki kesadaran yang tinggi, tentang pentingnya pengelolaan otak bayi yang dikandungnya dengan melakukan pengelolaan terhadap emosi dan perilakunya.

 

James Allan Rarung

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan

Magister Manajemen Sumber Daya Manusia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun