Mohon tunggu...
Jamesallan Rarung
Jamesallan Rarung Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Kampung dan Anak Kampung

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Magister Manajemen Sumber Daya Manusia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menapaktilasi Kebangkitan Dokter Indonesia

24 Mei 2016   01:20 Diperbarui: 24 Mei 2016   14:28 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: istimewa | berdikarionline.com

Dasar dari adanya profesi dokter di bumi zamrud katulistiwa Nusantara ini adalah Pendidikan. Ya pendidikan. Berawal dari gonjang-ganjingnya Ibu Negeri penjajah yakni Netherland, di mana munculnya gerakan pembaharuan dan kesetaraan baik bagi negeri induk maupun tanah jajahan. Maka para aktivis pembaruan yang mengangkat isu kemanusiaan dan etika bernegara, mendapat angin segar dari Parlemen Negeri Raja William III kala itu.

Berlanjut dari hal tersebut, maka pada tanggal 2 Januari 1849, dikeluarkanlah Keputusan Gubernur Jenderal, yaitu Keputusan Gubernemen nomor 22, yang menetapkan akan diselenggarakannya pendidikan kedokteran di Indonesia ('Nederlandsch Indie'). Dan kemudian ditetapkan untuk awal tempat pendidikannya adalah di Rumah Sakit Militer. Selanjutnya pada bulan Januari 1851, didirikanlah Sekolah Pendidikan Kedokteran di daerah Weltevreden Gambir, Batavia. Mula-mula anggotanya berjumlah 12 orang murid dengan lama pendidikan 2 tahun. Kurang lebih 2 tahun kemudian, yaitu pada bulan Juni 1853, dikeluarkanlah Surat Keputusan Gubernemen tertanggal 5 Juni 1853 nomor 10, yang menetapkan bahwa lulusan sekolah dokter yang pertama ini diberi gelar 'Dokter Djawa'. Inilah cikal bakal dokter anak negeri, negeri tercinta Indonesia. 

Ya cikal bakal, karena beberapa tahun kemudian tepatnya 45 tahun kemudian yaitu tahun 1898 berdirilah sekolah pendidikan kedokteran yang disebut STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen), di mana meskipun singkatannya sama namun sebelumnya sekolah ini bernama School tot Opleiding van Inlandsche Geneeskundigen. Dari sekolah inilah kemudian dicetak para teruna bangsa, yang kemudian beberapa di antaranya kemudian mendirikan organisasi pemuda kebangsaan 'Boedi Oetomo' pada tanggal 20 Mei 1908. Tonggak kebangkitan bangsa Indonesia telah dipancangkan!

Sejarah pendidikan kedokteran negeri indah kita ini terus bergulir, di mana kemudian terbentuk NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) pada tanggal 1 Juli 1913. Dengan demikian, makin banyaklah para lulusan dokter anak negeri. Sehingga dari motivasi awalnya untuk memperoleh pengakuan yang setara dengan para dokter lulusan negeri Belanda dan Eropah. Maka mereka kemudian berkumpul di Jakarta dan pada tanggal 22-25 September 1950, Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yang kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta. Sebanyak 181 dokter WNI (62 di antaranya datang dari luar Jakarta) menghadiri Muktamar tersebut. Dalam Muktamar IDI itu, dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama. Inilah tonggak sejarah berdirinya Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Nah, sebelum berdirinya IDI ini, ternyata telah beberapa organisasi dokter yang dibentuk dan beberapa kali juga berubah namanya. Yang pertama pada tahun 1911 berdiri perhimpunan yang bernama Veren

Sumber: kitlv.pictura-dp.nl
Sumber: kitlv.pictura-dp.nl
iging van lndische Artsen, dengan tokohnya adalah dr. J.A. Kayadu, dr. Wahidin, dr. Soetomo dan dr. Tjiptomangunkusumo. Selanjutnya seiring makin banyaknya lulusan dokter, baik jebolan STOVIA maupun NIAS, maka pada tahun 1926 perkumpulan atau organisasi dokter 'Vereniging van lndische Artsen' berubah namanya menjadi 'Vereniging van lndonesische Geneeskundige' (VIG) dengan tokohnya dr. Bahder Djohan. 

Akibat terjadinya perubahan penguasa negeri dari Belanda ke Jepang dan kemudian kembali lagi datangnya NICA-Belanda. Maka pada tahun 1948, didirikanlah Perkumpulan Dokter Indonesia (PDI), yang dimotori kalangan dokter-dokter muda di bawah pimpinan dr. Darma Setiawan Notohadmojo. Hampir bersamaan dengan itu, muncul pula Persatuan Thabib Indonesia (Perthabin) cabang Yogya yang dianggap sebagai kelanjutan dari VIG.

Namun melihat adanya kesamaan visi dan misi dari kedua organisasi ini, maka diadakanlah pertemuan antara PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) yang diketuai dr. Abdoel Rasjid dan DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) dan menyelenggarakan rapat pada tanggal 30 Juli 1950. Atas usul dr. Seno Sastromidjojo dibentuklah panitia penyelenggara Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI), yang diketuai dr. Bahder Djohan. Panitia ini bertugas menyelenggarakan ‘Muktamar Dokter Warganegara Indonesia’. Muktamar ini kemudian dinamakan Muktamar Ikatan Dokter Indonesia seperti yang disebutkan di atas tadi dan terbentuklah gabungan organisasi tersebut yang dinamakan IDI.

Melihat sejarah di atas tadi, maka kita hendaknya merenung sejenak. Ternyata para senior pendahulu kita, telah membentuk suatu wadah dengan tujuan utamanya adalah bersatu. Ya persatuan dokter Indonesia. Lalu bagaimana saat ini? Apakah saat ini dokter Indonesia masih memiliki semangat persatuan tersebut?

Untuk menjawabnya saya sangat sedih. Kenapa demikian? Karena meskipun saat ini organisasi IDI masih berdiri, namun banyak anggotanya tidak mempunyai visi dan misi yang sama. Padahal dahulu IDI digabungkan dari 2 organisasi dokter sebelumnya yang kemudian menjadi satu, dengan dasar kesamaan visi dan misi. Oleh karena itu, marilah kembali kita merenungkan kondisi organisasi dokter saat ini. Apakah langkah yang harus dilakukan? IDI hendaknya kembali 'turun dan menjadi satu' dengan para anggotanya, raihlah mereka. Janganlah malah menebar praduga dan kecurigaan yang tak berbentuk. Mari kita galang, ajak duduk bersama, saling berdiskusi dengan terbuka. Maka saya yakin IDI akan makin kuat.

Akhir-akhir ini memang santer terdengar bahwa akan adanya 'IDI tandingan'. Awalnya adalah dengan terbentuknya Gerakan Moral Dokter Indonesia Bersatu (GM-DIB), dan makin berguncang lagi dengan berdirinya Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (P-DIB) di mana sebagian aktivis GM-DIB yang dikeluarkan dan yang mengundurkan diri, kemudian membuat Akta Notaris dan mendaftarkan dirinya ke Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) Kementerian Hukum dan Ham Republik Indonesia.

Tidak ada yang salah dengan Gerakan Moral DIB (GM-DIB). Mereka merupakan kumpulan dokter dan dokter gigi yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia, mereka menginginkan adanya pelayanan kesehatan yang berkeadilan baik bagi dokter maupun rakyat Indonesia. Mereka pun jelas-jelas menyatakan bahwa mereka bukanlah organisasi, mereka hanyalah suatu gerakan yang independen dan otonom. Ini jelas terlihat dari visi dan misi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun