Mohon tunggu...
Jamesallan Rarung
Jamesallan Rarung Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Kampung dan Anak Kampung

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Magister Manajemen Sumber Daya Manusia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bagaimanakah Perasaan Cinta Itu Dibentuk Dalam Otak Kita?

5 Agustus 2014   07:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:23 3220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Dari mana datangnya cinta...... dari mata turun ke hati"

(sebaris pantun Nusantara)

 

Perasaan itu sebenarnya diproses pada bagian otak yg disebut "limbic system" atau sistem limbik (yang merupakan bagian otak yang primitif). Banyak orang menyebut sistem limbik ini sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang baik seperti menolong orang, memberikan semangat dan dorongan kerja, saling membantu melakukan pekerjaan bersama-sama dan perilaku tulus lainnya. Ada juga yang mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran. Termasuk dalam sistem limbik ini adalah hipotalamus, talamus, korpus amigdala, hipokampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.

Hipotalamus merupakan bagian yang salah satu fungsi utamanya adalah untuk memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak perlu. Misalnya Anda lebih memperhatikan anak Anda sendiri dibandingkan dengan anak orang yang tidak Anda kenal. Mengapa? Karena Anda mempunyai hubungan emosional yang kuat dengan anak Anda. Begitupun juga, ketika Anda membenci seseorang, yang terjadi malah Anda makin sering memperhatikan atau mengingatnya. Hal ini terjadi karena Anda punya hubungan emosional dengan orang yang Anda benci. Demikian pula korpus amigdala, dia mempunyai fungsi sebagai pusat ingatan dan emosi yang menjadi satu kesatuan kerja dengan hipotalamus.

Ketika korteks limbik menerima stimulus atau rangsangan, maka kemudian dimulailah rangkaian proses pengaturan timbulnya perasaan pada manusia. Rangsangan tersebut kemudian diteruskan kepada hipotalamus, untuk kemudian dipilah mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak. Rangsangan ini salah satu contohnya adalah rasa tertarik pada orang lain.

Saat kita mulai tertarik kepada seseorang maka hipotalamus akan melepaskan dopamin ke dalam tubuh (neuropeptida ini merupakan salah satu yg bertanggung jawab dalam fungsi kontrol perasaan manusia). Efek dopamin ini akan menyebabkan perasaan gembira layaknya orang yang memakai narkoba. Rangkaian berikutnya ketika kadar dopamin meningkat, maka kadar serotonin akan menurun. Serotonin bertanggung jawab atas suasana hati dan selera makan manusia. Kadar serotonin yang rendah akan menyebabkan perasaan seperti seseorang yang mengalami gangguan "obsesif kompulsif". Ini yang menimbulkan perasaan obsesi dan tergila-gila pada seseorang.

Nah, pada saat tubuh kita mengalami peningkatan dopamin, hal ini akan memicu munculnya atau diaktivasinya "nerve Growth Factor" (NGF) atau faktor pertumbuhan saraf. Dalam penelitian ternyata kadar NGF akan lebih meningkat pada orang yang baru jatuh cinta. Orang yang tidak jatuh cinta memiliki kadar NGF lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang sedang dilanda asmara. Secara langsung, naik dan turunnya kadar NGF di dalam tubuh kita, akan dipengaruhi juga oleh besar kecilnya perasaan romantis yang timbul.

Adapun perasaan sangat terikat dan setia kepada pasangan muncul karena dikendalikan oleh hormon oksitosin dan vasopressin. Hormon oksitosin dan vasopressin dihasilkan di dalam bagian hipotalamus otak manusia dan selanjutnya disimpan di dalam kelenjar pituitari posterior untuk kemudian dikeluarkan ke seluruh tubuh. Saat manusia sedang bergairah, seperti ketika orgasme, hormon ini akan memasuki aliran darah (hal ini juga yang kemudian menyebabkan kedua hormon ini dijuluki sebagai "hormon cinta"). Kehadiran kedua hormon ini sangat mempengaruhi perasaan nikmat, nyaman dan bahagia yang sangat berkaitan dengan kelanggengan hubungan sepasang kekasih atau suami-isteri.

Itulah sedikit contoh tentang bagaimana timbulnya perasaan dan cinta, yang sebenarnya dimulai dan dikontrol dari dan oleh otak kita. Oleh karena itu, jika kita bisa melakukan fungsi manajemen otak dengan baik, niscaya kita juga dapat mengontrol dan mengatur perasaan kita. Semoga kita mendapatkan pemahaman yang baru dan mulai memperbaiki pengetahuan kita, yang sudah selama ribuan tahun terlanjur dipengaruhi oleh Aristoteles yang keliru berpendapat bahwa fungsi otak dan perasaan terjadi dan dimulai dari dalam hati. Saat ini, terbukti bahwa perasaan itu terjadi dan dimulai dari otak kita.

 

 

James Allan Rarung

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan

Magister Manajemen Sumber Daya Manusia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun