Sebuah adagium berkata, Ayah/ibu adalah cinta pertama seorang anak. Begitu dalamnya makna ini sehingga seorang anak akan dengan santainya melakukan apa saja kendati berbahaya, jika berada didekat ayah-ibunya, karena dia yakin akan mendapat perlindungan penuh. Demikian juga cinta ayah-ibu akan diejawantahkan dalam pemenuhan pendidikan keluarga maupun pendidikan formal.
Ada seorang yang baru saya kenal, Pak Budi namanya, sosok yang cukup terkenal di negeri ini. Profil medsosnya cukup mentereng bersama para pejabat utama negara. Pak Budi mempunyai putri yang jelita nan ayu yang kini menjadi seorang dokter muda. Dokter Intan namanya. Beliau dikenalkan sebagai lulusan dokter terbaik dari Universitas Gadjah Mada, di situ saya sangat yakin itulah wujud dari kehebatan kasih sayang dan teladan pak Budi dan ibu Budi. Memang buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya.
Sebagai lulusan terbaik, dalam program Internship dokter Indonesia, mengharuskan dokter Intan  harus menjalani pengabdian di tempat terpencil, perbatasan, dan kepulauan. Pendek cerita terbitlah surat keputusan jika dokter Intan mendapatkan penugasan di wilayah Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah bersama 11 dokter muda dari berbagai universitas di Indonesia.
Timeline dan Instastory dari pak Budi pun sangat aktif menceritakan tentang putrinya ini. Sangat jelas, disela aktivitasnya yang padat, Â masih selalu sempat me-repost kegiatan putrinya, dengan senantiasa diakhiri dengan petikan we proud of you.
Repost video pelayanan di daerah terpencil dengan fasilitas serba terbatas bahkan kebutuhan dasar seperti air minum yang harus dibeli, listrik yang belum 24 jam, disitulah saya merasa kebesaran hati pak Budi yang hanya bisa membalut perasaannya dengan kalimat : "biarlah dokter dokter muda ini merasakan Indonesia yang sesungguhnya." Di iringi lantunan lagu Tanah airku tidak kulupakan, kau terkenang selama hidupku...
Saya pun bisa  langsung menilai wajah bangga Pak Budi dan Ibu Budi, saat melihat langsung keberadaan para dokter muda melayani di wilayah yang sangat butuh kehadiran dan pemikiran serta keterampilan tenaga profesional seperti dokter Intan dan dokter muda lainnya. Sumringah dan tak henti memberikan semangat dan keyakinan saya pasti beralaskan doa yang tulus.
Dan saya pun yakin rasa ini yang menggelayut hati dan pikiran papa dan mama, saat pertama kali saya harus bertugas ke pulau terluar di Sulawesi Tengah ini 20 tahun yang lalu, rasa bangga dan kebesaran hati tidak dapat saya lihat,akan tetapi getaran doa dan permohonan kepada sang pengatur kehidupan begitu terasa dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil.
I'm not your son, you're not my fatherÂ
We're just two grown men saying goodbye
No need to forgive, no need to forget
I know your mistakes and you know mine
