Britania Raya pernah menjajah beberapa daerah di Indonesia, terutama pulau Jawa pada masa Raffles, pulau-pulau di Maluku dan Bengkulu juga. Jejak Britania Raya masih ada di beberapa daerah ini seperti Benteng Marlborough di kota Bengkulu. Tapi ada jejak Britania Raya selain itu di Indonesia.
Boris Johnson, seorang politikus terkenal di Britania Raya dan mantan walikota London pernah menulis tentang jejak ini dalam koran The Telegraph[1]. Tidak asing melihat orang Indonesia pakai kaos atau tas berbendera Britania Raya sekaligus orang pakai baju tim sepak bola Britania Raya terkenal seperti Manchester United. Berdasarkan fakta-fakta ini, Boris Johnson berpendapat bahwa Britania Raya harus memanfaatkan ketertarikan ini untuk membangun hubungan di antara kedua negaranya.
Ini pasti bukan fenomena baru. Di zaman dulu di Jakarta, salah satu kendaraan angkatan umum yang kerap kali dilihat di kotanya adalah oplet. Kendaraan opletnya mobil sedan Morris Traveller buatan Britania Raya. Tapi pada tahun 70an saat Pemerintah Daerah Jakarta mulai menggantikan oplet dengan mikrobis, sopir opletnya bereaksi negatif. Dalam satu artikel dalam Majalah Tempo waktu itu sopirnya khawatir bahwa mobil buatan Jepang nanti tidak akan tahan lama[2]. Oplet buatan Britania Raya terkenal tahan lama dan irit makan bensin. Britania Raya sudah berprestasi tinggi saat ini di mata orang Indonesia.
Orang Indonesia juga sering membandingkan negara Indonesia dengan tetangga Singapora, Brunei dan Malaysia yang pernah dijajah lama oleh Britania Raya. Kemajuan negara-negara itu sering dianggap sebagai faktor penjajahan Britania Raya. Apa saja alasannya, Britania Raya punya prestasi tinggi di Indonesia dan membekas dalam hati orang Indonesia.
Mengapa Indonesia merayakan Britania? Saya belum tahu, tapi saya sependahat dengan Boris Johnson bahwa ketertarikan ini bisa memicu hubungan di antara kedua negaranya yang lebih erat. Ada banyak peluang untuk kedua negaranya bekerja sama dalam pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan lain-lain dan jejak Britania Raya di Indonesia semoga akan dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan ini.
[1] Johnson, B. 2014. Indonesia adores the Brits, so why aren't we trading there? The Telegraph. [Online]. 1 December. [Diakses 24 Maret 2019] URL: https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/indonesia/11264200/Indonesia-adores-the-Brits-so-why-arent-we-trading-there.html
 [2] Tempo. 21 Juli 1979. Oplet Kita, Apa Salahnya? Halaman 17.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H