Mohon tunggu...
Djohan Chan
Djohan Chan Mohon Tunggu... Jurnalis - Pernah menjadi Redaktur di beberapa Media Cetak dan Elektronik, pernah memjadi Pemimpin Redaksi dibeberapa Media Cetak dan Elektronik

Hoby membuat berita, merangkum berita, membuat ulasan berita, menyunting dan menyusun berita, membuat artikel tulisan. Mempublikasikannya ke publik, sebagai edukasi. Yang baik pantas untuk ditiru, yang jelek, pantas untuk dihindari. Saling mengingatkan sesama manusia itu penting, karena manusia tidak luput dari kehilapan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Jengkol Tua Ternyata Lebih Enak untuk Ulam Makan

1 November 2022   03:24 Diperbarui: 1 November 2022   03:30 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk Jengkol Muda dan Bentuk Jengkol Tua (kanan) Foto- Isn.

Bagi yang senang makan nasi pakai ulam (Lalaban), khususnya jengkol muda, nikmatnya tidak ketulungan, selain rasanya sedikit pahit (sepet), merangsang selera makan semangkin banyak. Namun sayangnya, jengkol muda agak sulit untuk didapati. Terkecuali jengkol tua, yang warna kulitnya ke coklatan. Namun demikian, ternyata jengkol tua lebih nikmat dari jengkol muda, untuk djadikan lalaban.

Hal ini merupakan temuan baru, berawal dari ketidak sengajaan seorang ibu rumah tangga yang ketika itu banyak membeli jengkol tua. Karena masih banyak kerjaan, jengkol tua itu disimpan olehnya kedalam kulkas, dengan bungkus plastik. Dua hari kemudian, ibu itu punya keinginan untuk memasak jengkol tersebut. Setelah diambilnya dari dalam kulkas, ibu itu sempat kaget, keadaan jengkol itu berubah jadi mengeriput kecil.  

Kulit jengkol itu terlihat lebih mudah terkelupas, dan dibagian pangkal jengkol itu juga nampak tumbuh, sejenis akar untuk tunasnya tumbuh dan berkembang. Walaupun bentuk jengkol sudah seperti itu, ibu yang masih berdarah Minang ini langsung mencuci dan menggorengnya, untuk dibuat sambal. Kebetulan, suami ibu itu punya selera berbeda, senang makan jengkol mentah, untuk dijadikan lalaban makan sama nasi.     

Akhirnya, suami ibu itu mengambil 6 buah jengkol mentah yang sudah terbelah dua. Setelah dicuci, kulit jengkol itu dibuangnya. Kemudian dimakannya bersama nasi dan lauk pauk yang ada, kemudian suami ibu itu berkata " waaaah. Ternyata jengkol tua yang disimpan selama dua hari dua malam di kulkas, rasanya lebih nikmat dari jengkol muda. Rasa keres-kresnya lebih garing dari jengkol yang muda," katanya.   

Saking nikmatnya makan seperti di kampung. Suami ibu itu yang biasanya hanya makan nasi cukup satu piring, namun pada saat makan dengan lalaban jengkol itu bertabah menjadi dua piring. Cerita ini sengaja dituangkan oleh penulis, selain bisa dicoba oleh pembaca yang doyan makan pakai lalaban. Cerita ini juga merupakan pelajaran yang bisa diambil hikmahnya, terkait urusan makan, bukan hanya menu yang disajikan, tetapi selera makan, lebih membahagiakan.

Masalah selera makan, menggunakan ulam (Lalaban), merupakan tradisi turun temurun, sejak ratusan tahun yang lalu, dari nenek- moyang kita, sebagai bangsa Indonesia. Bahkan, hingga saat ini, tradisi daerah (makan nasi dengan lalaban), masih sulit untuk ditinggalkan, walaupun yang disajikan untuk makan nasi dengan berbagai menu terkini.

Lalaban, memang banyak jenisnya yang sering digunakan, sebagai perangsang selera makan. Seperti halnya, ada yang doyan lalaban dengan daun cikur (Kencur muda), Pucuk Ubu kayu, daun muda buah Kates (Pepaya), buah terong bulat yang berwarna ungu, daun kemangi, pete. Semua lalaban ini enak dimakan bersama sambal mentah, nasi panas. Walaupun dengan lauk seadanya. Makan seperti ini jauh dari gangguan kolestrol.***  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun