Mohon tunggu...
Randi Erika Jamarun
Randi Erika Jamarun Mohon Tunggu... -

perkenalkan nama saya Randi Erika Jamarun, seorang pelajar sman 1 sijunjung, saya tinggal di nagari silantai kecamatan sumpur kudus, yaitu kampung asli dari penulis sekaligus tokoh bangsa yait u Bapak Syafi'i Maarif , saya ingin menjadi seorang jurnalis maupun penulis terkenal, sekian perkenalannya terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

PHP (Dibalik Alasan Kenapa Mereka Harus PHP)

3 Maret 2015   03:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:15 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rangga terdiam sejenak, ketika dia memandang langit senja telah menghampiri pandangannya, baling-baling yang dia buat seolah-olah enggan lagi berputar, karena kini angin berhembus seadanya. Dia pun kembali kedalam bangunan tempat tinggalnya dan mengetahui bahwa ibu dan ayahnya telah pergi keluar kota, hal seperti ini selalu dirasakan Rangga ketika malam minggu tiba, semua teman-temannya tak bisa menemaninya dirumah karena sibuk dengan kekasih mereka masing-masing, tetapi tidak dengan Rangga. Rangga masih bertahan sendiri karena dia tau dan telah belajar bahwa pahitnya mencicipi apa itu cinta, sejenak dia membayangkan seorang kekasih yang dulu ia cintai sekarang tak lagi bersamanya karena dia telah merasa tertipu dengan yang namanya cinta.

Disofa yang empuk ketika waktu tepatnya menunjukan pukul 7.30 malam Rangga termenung sejenak dan membayangkan apa yang dia alami selama ini dengan cinta. Waktu itu tepatnya awal mula Rangga masuk SMA, dia berada di kelas paling ujung yaitu kelas X.E yang berada disamping perpustakaan, kelas itu memang agak jauh dari kantor majelis guru. Ketika itu Rangga berjalan menuju kantin dekat X.A bersama rekannya yang bernama Tedy, Tedy adalah teman terbaiknya selama masuk SMA. Kemana-mana mereka selalu bersama. Setibanya didepan kelas X.A Tedy temannya terhenti sejenak melihat sesosok makhluk tuhan yang berwujud manusia berjalan kearahnya, dia tampak ceria wajahnya yang berseri bagaikan intan permata yang diletakkan diantara lumpur , hidungnya yang mancung layaknya prosotan anak TK, mata nya yang sipit bagaikan pengusaha cina, tinggi nya yang tak melebihi tinggi Tedy muda tersebut, Tedy tersipu malu dia mengira wanita itu akan menghampirinya tetapi ternyata tidak, ternyata dia hanya berjalan menuju meja piket yang tak berada jauh dari sana.

"aah.. ternyata dia bukan melihat kearah ku" ujar Tedi mengeluh kearah Rangga.

"ada apa dengan mu Ted" Saut Rangga.

"aku melihat bidadari berada disekolah ini" jawab Tedy.

Rangga pun Heran "bidadari?? bukankah itu hanya ada di film-film atau dicerita dongeng?",

" aah kau ini tak mengerti kah kau Rangga, itu seorang wanita" dengan logat batak Tedy berkata,

"kenapa harus berubah cara kamu bicara Ted, Biasa aja keles" dengan cucok Rangga menjawab, Tedy merespon berkataan Rangga " Kepo de lah!"

Lalu mereka kembali menuju kantin dan memesan duah mangkok soto, seketika saat mereka sedang makan, tiba-tiba angin berhembus kencang seolah ingin memporak-porandakan tumpukan makanan ringan yang berada diatas meja kantin padahal pentilasi dikantin hanya sebesar mata buaya, dan ketika angin kencang selesai berhembus mereka kembali melanjutkan makannya. Seketika saat mereka sedang makan, pintu diarah utara kantin itu pun terbuka, disana keluar cahaya yang sangat terang bagaikan lampu neon yang diletakkan di depan mata sekitar 1 cm, namun cahaya itu tidak seperti matahari yang menyakitkan mata. ternyata didalam cahaya itu keluar seorang gadis belia yang sangat lembut dalam setiap tutur katanya, sebut saja namanya Mery, dia adalah gadis yang selama ini di kenal baik oleh beberapa teman-temannya di sekolah.

" itu bukannya gadis tadi " saut Tedy sambil melihat kearah gadis itu,  " gadis yang mana" jawab Rangga, karena dia tidak memperdulikan apa yang Tedy liat tadi " Gadis yang bagaikan bidadari kataku tadi. " oh itu " tak peduli Rangga menjawabnya.

Ketika bel telah berbunyi mereka pun kembali kerumahnya masing-masing, setibanya di perjalanan Rangga yang selalu memakai sepeda untuk kesekolah bertemu dengan seorang Bapak-bapak yang keliatannya sedang kebingungan karena motornya sedang rusak, lansung saja Rangga turun dari sepedanya dan minta izin untuk membantu Bapak yang sedang kesulitan tersebut, Rangga yang rumahnya berada disamping bengkel cukup mengetahui tentang mesin karena dia sering memperhatikan pekerja bengkel disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun