Penataan kota yang baik dan terintegrasi merupakan suatu keharusan jika ingin memajukan suatu daerah. Karena dengan menata kota, kehidupan yang layak dapat tercipta. Hingga saat ini, Ibukota masih disibukkan oleh pembangunan Apartemen, Gedung Perkantoran, Pusat Perbelanjaan, Jalan Layang Non-Tol, Perbaikan Stasiun dan juga Bandara. Namun, kita lupa bawa di DKI Jakarta masih terdapat daerah yang bernama Kepulauan Seribu. Gugusan-gugusan terluar Provinsi DKI Jakarta ini menyimpan potensi-potensi yang seyogyanya dapat dioptimalkan.
Inilah yang menjadi salah satu fokus penataan kota dari pasangan cagub-cawagub nomor urut tiga, Anies-Sandi. Â Pasangan ini yakin akan munculnya dampak yang luar biasa jika Kepulauan Seribu dikembangkan dengan baik. Saat ini di Kepulauan Seribu masih minim apoteker, fasilitas kesehatan, tenaga pendidik, serta pengoptimalan sarana kelautan perikanan yang kurang memadai. Anies-Sandi ternyata memiliki program untuk mengatasi ketimpangan yang terjadi di Kepulauan ini.
Pasangan Nomor urut tiga ini akan menjadikan Kepulauan Seribu sebagai Kepulauan Pembangunan Mandiri. Program pembangunan ini diluncurkan saat merayakan hari jadi ke-15 Kabupaten Kepulauan Seribu. Program ini diantaranya mendirikan SMK Pariwisata dan SMK Kelautan, Kursus Keterampilan bagi usia produktif, memperbesar kapasitas rumah sakit, meningkatkan jumlah fasilitas serta tenaga kesehatan dan pendidik. Program Pembangunan yang diluncurkan ini merinci secara jelas bagaimana Anies-Sandi akan mengembangkan potensi yang ada di kepulauan Seribu. Yang lebiih menarik lagi adalah cagub-cawagub ini akan melibatkan warga DKI Jakarta untuk membangun dan menata kota.
Namun ternyata, program Anies-Sandi kontras dan jauh lebih unggul dibandingkan program milik Agus-Sylvi. Pasangan Nomor urut 1 ini hanya menekankan ruang terbuka hijau pada program penataan kota miliknya. Program penataan kota Agus-Sylvi terkesan monoton karena membangun apa yang telah dibangun dan diperbaiki oleh gubernur petahana DKI. Pasangan ini hanya terfokus pada wilayah daratan DKI Jakarta. Misalnya saja menanam lima juta pohon. Program ini terkesan tidak masuk akal dikarenakan banyaknya lahan DKI Jakarta yang sudah dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau dan pembangunan infrastruktur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H