Dalam era kecerdasan buatan (AI), teknologi tidak lagi hanya membantu pekerjaan manusia, tetapi juga mengubah cara manusia belajar dan menguasai keterampilan baru. User Interface AI seperti ChatGPT, Meta AI, dan Claude yang berupa chat bahkan voice chatmenawarkan pengalaman yang menyerupai interaksi dengan seorang mentor nyata. Menurut sebuah penelitian, chatbot AI dapat menjadi mentor yang baik karena dapat memberi bimbingan dengan akses 24 jam, tidak menghakimi, dan sabar kepada pelajar. (Arora et al., 2023)
Hal ini membawa kenyamanan dan kemudahan yang berdampak besar, menjadikan keterampilan yang sebelumnya dianggap istimewa dan eksklusif kini dapat diakses dan dikuasai oleh siapa saja. Fenomena ini, pada artikel ini, kami sebut dengan Skill Value Inflation.
Skill Value Inflation
Skill Value Inflation merujuk pada penurunan nilai keterampilan akibat peningkatan aksesibilitas dan kemudahan belajar yang pada artikel ini, khususnya, ditawarkan oleh AI. Dalam ekonomi, nilai suatu barang menurun ketika stoknya lebih tinggi daripada permintaan. Prinsip serupa berlaku pada keterampilan: semakin banyak orang yang menguasainya, semakin rendah pula nilainya di pasar kerja.
Sebagai contoh, keterampilan pemrograman yang dulunta hanya dapat dikuasai melalui pendidikan formal dan kursus kini dapat dipelajari oleh siapa saja dengan bantuan AI seperti ChatGPT dan Github Copilot. Contoh lainnya adalah dalam keterampilan berbahasa asing, di mana AI dapat menjadi sumber belajar yang sangat baik dengan penjelasan yang dapat disesuaikan dengan gaya pengguna, tips belajar, bahkan teman perakapan dengan fitur voice chat.
Peluang yang Tercipta
Namun, di balik penurunan nilai keterampilan ini, terdapat peluang besar yang tercipta berkat akses belajar yang lebih mudah dan murah. Kemudahan akses belajar melalui AI membuka peluang besar bagi individu dari semua latar belakang untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensinya. Platform berbasis AI memberikan akses belajar murah dan fleksibel, memungkinkan siapa saja untuk menguasai keterampilan apa saja tanpa melalui pendidikan formal atau kursus yang mahal dan sulit diakses di beberapa tempat. Contohnya, seorang pemuda di pelosok desa kini dapat mempelajari inovasi-inovasi pertanian hanga  dengan mengakses AI di smartphone-nya.
Bagi perusahaan fenomena ini menciptakan tenaga kerja yang lebih terampil dan siap beradaptasi. Selain itu, bagi suatu negara, hal ini dapat menjadi pendorong kenaikan kualitas SDM-nya.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Meski demikian, Skill Value Inflation juga tentunya membawa tantangan besar, terutama bagi mereka yang tidak dapat atau tidak mau memanfaatkan teknologi ini. Mereka yang tidak beradaptasi dengan perkembangan AI beresiko tertinggal dengan sangat cepat karena keterampilan mereka menjadi kurang relevan dengan dunia saat itu. Sebagai contoh, negara yang terlalu nyaman dengan sistem pembelajaran konvensionalnya dan tidak mendorong masyarakatnya untuk belajar dengan memanfaatkan AI akan tertinggal dengan negara-negara lainnya.
Dunia Baru dengan Kecerdasan Buatan