Mohon tunggu...
Tgk. Mizaj Iskandar
Tgk. Mizaj Iskandar Mohon Tunggu... Jurnalis - Deep interesting in Islamic Studies, Jurisprudence, Islamic Mysticism and sociology

Always be the sage man

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memakmurkan Masjid dengan Ihya Ulumuddin

3 Juli 2019   15:44 Diperbarui: 3 Juli 2019   15:57 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kitab Ihya Ulumuddin | datawika.com

Memakmurkan mesjid merupakan suatu ajaran Islam yang diperintahkan dalam Q.S, 9:17-18. Tentu memakmurkan mesjid itu harus dengan menggunakan kegiatan-kegiatan yang dibenarkan dalam Islam, salah satunya dengan menghidupkan kajian-kajian ilmu agama. Menghidupkan kajian-kajian ilmu-ilmu agama (Iyha Ulumuddin) di sini dapat dipahami dalam dua artian sekaligus. 

Pertama, makna terminologis yang bermakna menghidupkan semua ilmu-ilmu agama melalui majelis pengajian di mesjid. seperti pengajian fikih, tafsir, tasawuf dan lain sebagainya. Kedua, sebuah karya dalam kajian Islam. Dalam makna kedua ini, Ihya Ulumuddin (menghidupkan ilmu-ilmu agama) merupakan sebuah karya al-Ghazali yang mengabungkan di dalamnya lintas disiplin ilmu keislaman (islamic studies). Dalam kitab tersebut al-Ghazali berhasil mengabungkan pembahasan ilmu tauhid, fikih, tasawuf, akhlak, tafsif dan hadis menjadi satu dengan sangat baik. Sehingga Ihya Ulumuddin ini dianggap sebagai masterpiece-nya al-Ghzali.

Ada suatu semangat dari Tgk. Mizaj Iskandar untuk kembali memakmurkan mesjid dengan menggunakan Ihya Ulumuddin sebagai pendekatannya. Beliau menggunakan kedua makna Ihya Ulumuddin itu sebagai landasan utama memakmurkan mesjid. Dan ini terlihat jelas melalui pengajian-pengajian yang diasuhnya. Lihat: Jadwal Pengajian Tgk. Mizaj Iskandar. Dari sembilan jadwal pengajian rutin yang ia asuh, tiga diantaranya menggunakan kitab Ihya Ulumuddin. Selebihnya beliau menggunakan kitab-kitab lain sebagai sumber referensi dalam pengajiannya. Tentu ini masih dalam koridor Ihya Ulumuddin dalam pengertian menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama Allah.

Perpaduan dari kedua makna Ihya Ulumuddin ini adalah mesjid yang makmur. Kemakmuran suatu mesjid terlihat dari peningkatan kualitas dan kuantitas jamaah dari mesjid itu sendiri. Sebagai contoh, Mesjid An-Nur Ie Masen Kayee Adang. Dari kualitas mesjid terlihat perbedaan yang sangat mencolok sebelum dan sesudah pengajian Ihya Ulumuddin dilakukan di mesjid tersebut. Dulunya mesjid An-Nur sebuah mesjid yang kurang terkenal dengan fasilitas seadanya, meskipun luas bangunan dan lahan parkir mesjid cukup luas. 

Tetapi semenjak tahun 2014, saat pertama kali kajian Ihya ulumuddin dilakukan, Mesjid An-Nur mulai bertransformasi. Sarana tempat wudhu' mulai ditingkatkan dengan adanya bak wudhu' sebagai bentuk antisipatif jika terjadi kekurangan air. Jumlah jamaah meningkat tajam, menurut Pak Irwandi, salah seorang jamaah Mesjid An-Nur dulunya shalat Maghrib di Mesjid An-Nur hanya terdiri dua sampai tiga saf. Sekarang shalat Maghrib tidak kurang dari enam saf dan itu belum termasuk dengan saf ibu-ibu.

Perubahan lain juga terlihat dari fasilitas mesjid. Seperti penggunaan lantai marmer, penggunaan AC, sound system high quality sehingga pesan-pesan Ihya Ulumuddin tersampaikan dengan jernih kepada jamaah. Terakhir, penggunaan lampu hias makin menambah indah panorama dalam mesjid. Semoga keberkahan Ihya Ulumuddin juga menyebar ke mesjid-mesjid yang lain. Amien

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun